๐—ก๐—ฒ๐—ด๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ ๐—ž๐—ฎ๐˜†๐—ฎ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐——๐—ถ๐—ท๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ต: ๐—ž๐—ฒ๐˜๐—ถ๐—ธ๐—ฎ ๐—˜๐—น๐—ถ๐˜ ๐— ๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ฟ ๐—ž๐—ฒ๐—ธ๐—ฎ๐˜†๐—ฎ๐—ฎ๐—ป ๐—ฑ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป ๐—ž๐—ฒ๐—ต๐—ฎ๐—ป๐—ฐ๐˜‚๐—ฟ๐—ฎ๐—ป

10 Juni 2025, 12:23 WIB

Jakarta – Matahari terik menyinari bumi yang subur, perut bumi yang gemuk dengan minyak, emas, dan mineral berharga. Di atas kertas, negara-negara (Negara-negara yang akan di bahas dalam tulisan ini red) ini adalah calon raksasa ekonomi.

Namun, di balik kilau sumber daya alam (SDA) yang melimpah, sering kali tersembunyi kisah pilu kebangkrutan dan kemiskinan sistematis. Ironi pahit ini bukanlah takdir alam, melainkan hasil dari permainan berbahaya yang dimainkan oleh elit politik dan ekonomi yang, entah karena keserakahan, kebodohan, atau menjadi pion dalam skema global, mengubah berkah menjadi kutukan.

Mari kita telusuri beberapa panggung drama ekonomi-politik yang kelam ini.

๐€๐Ÿ๐ซ๐ข๐ค๐š: ๐‡๐š๐ซ๐ญ๐š ๐Š๐š๐ซ๐ฎ๐ง ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐ƒ๐ข๐ ๐š๐๐š๐ข๐ค๐š๐ง ๐๐ข ๐ˆ๐ฌ๐ญ๐š๐ง๐š ๐Œ๐ž๐ ๐š๐ก.

Bayangkan Republik Demokratik Kongo (dulu Zaire), tanah yang mungkin paling kaya SDA di dunia โ€“ koltan untuk ponsel, berlian, tembaga, kobalt. Namun, di era Mobutu Sese Seko (1965-1997), kekayaan itu menguap seperti kabut di pagi hari.

Mobutu membangun istana megah di tengah hutan (Gbadolite) dan rekening bank pribadi yang menggurita, sementara infrastruktur negara hancur dan rakyat terpuruk dalam kemiskinan.

๐™†๐™ก๐™š๐™ฅ๐™ฉ๐™ค๐™ ๐™ง๐™–๐™จ๐™ž adalah kata kuncinya. Dia menciptakan sistem di mana semua aliran SDA harus melalui tangannya atau kroninya.

Perusahaan-perusahaan negara menjadi sapi perah, kontrak tambang diberikan kepada sekutu asing dengan imbalan uang tunai atau dukungan politik, sementara pendapatan riil negara hanya sebagian kecil dari nilai sebenarnya. Hasilnya? Utang menumpuk, ekonomi ambruk, dan Kongo tetap menjadi salah satu negara termiskin dunia meski duduk di atas gunung emas.

Mobutu bukan hanya korup; dia adalah arsitek kehancuran yang sistematis, didukung diam-diam oleh kekuatan asing yang berkepentingan menjaga akses murah ke mineral strategis di tengah Perang Dingin.

๐€๐ฆ๐ž๐ซ๐ข๐ค๐š ๐‹๐š๐ญ๐ข๐ง: ๐‘๐ž๐ฏ๐จ๐ฅ๐ฎ๐ฌ๐ข ๐Œ๐ข๐ง๐ฒ๐š๐ค ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐๐ž๐ซ๐ฎ๐ฃ๐ฎ๐ง๐  ๐Š๐ž๐ก๐š๐ง๐œ๐ฎ๐ซ๐š๐ง

Bergeser ke Amerika Latin, Venezuela menyajikan tragedi terkini yang menyayat hati. Memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, negara ini seperti ditakdirkan untuk makmur.

Di bawah Hugo Chรกvez (1999-2013) dan kemudian Nicolรกs Maduro, janji redistribusi kekayaan minyak untuk rakyat miskin berubah menjadi mimpi buruk hiperinflasi, kelangkaan parah, dan eksodus massal. Kebijakan ekonomi Chรกvez, meski awalnya populer, mengandung benih kehancuran.

Nasionalisasi besar-besaran tanpa manajemen yang kompeten merusak tulang punggung industri minyak PDVSA. Perusahaan yang dulu canggih itu dijadikan mesin ATM politik, diisi dengan loyalis, dan diabaikan investasinya demi mendanai program sosial jangka pendek yang tidak berkelanjutan.

Ketika harga minyak jatuh, bangunan kartu itu rubuh. Kebijakan kontrol harga dan mata uang yang kacau mematikan sektor produktif non-migas. Yang lebih parah, korupsi merajalela di sekitar bisnis minyak, seringkali melibatkan kontrak dengan perusahaan asing atau entitas bayangan yang mengeruk keuntungan besar sementara negara kebobolan.

Maduro melanjutkan dan memperburuk warisan ini, mengunci Venezuela dalam krisis kemanusiaan yang dalam, sebuah negeri bangkrut di atas lautan minyak, di mana elit politik dan militer serta mitra bisnis asing tertentu diuntungkan, sementara rakyat berjuang untuk sekadar makan.

๐€๐ฌ๐ข๐š: ๐ƒ๐ข๐ค๐ญ๐š๐ญ๐จ๐ซ, ๐Š๐ž๐ฅ๐ฎ๐š๐ซ๐ ๐š, ๐๐š๐ง ๐๐ž๐ง๐ฃ๐š๐ซ๐š๐ก๐š๐ง ๐’๐ข๐ฌ๐ญ๐ž๐ฆ๐š๐ญ๐ข๐ฌ

Jauh sebelum Venezuela, Filipina telah menunjukkan bagaimana satu keluarga bisa menjarah sebuah bangsa. Ferdinand Marcos (1965-1986) memerintah dengan tangan besi, didukung oleh Amerika Serikat di tengah Perang Dingin. Di balik retorika pembangunan, Marcos, istrinya Imelda, dan kroninya membangun kerajaan korupsi yang legendaris.

“๐˜Š๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜บ ๐˜ค๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช๐˜ต๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ด๐˜ฎ” mencapai puncaknya. Kontrak-kontrak menguntungkan untuk sumber daya alam, proyek infrastruktur raksasa, dan monopoli diberikan kepada sekutu bisnis yang setia, yang kemudian mengalirkan kembali sebagian keuntungannya kepada keluarga Marcos.

Utang luar negeri membengkak untuk membiayai proyek-proyek “prestisius” yang seringkali tidak berguna atau tidak selesai, sementara dana tersebut juga menjadi sasaran penyelewengan. Hutan ditebang habis-habisan, tambang dikeruk, semuanya untuk memperkaya lingkaran dalam kekuasaan.

Kekayaan yang dicuri Marcos diperkirakan mencapai miliaran dolar โ€“ disimpan di rekening bank Swiss, diinvestasikan dalam properti mewah di AS, atau berubah menjadi koleksi ribuan sepatu Imelda yang menjadi simbol keserakahan yang keterlaluan.

Ketika rezimnya jatuh, Filipina ditinggalkan dengan utang besar, ekonomi yang rusak, dan sumber daya alam yang terkuras, sebuah contoh klasik bagaimana kediktatoran dan korporasi (baik lokal maupun asing yang bermain di dalam sistem crony-nya) bersekongkol menghisap darah negeri.

๐๐จ๐ฅ๐š ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐๐ž๐ซ๐ฎ๐ฅ๐š๐ง๐ : ๐Š๐ฎ๐ญ๐ฎ๐ค๐š๐ง ๐’๐ฎ๐ฆ๐›๐ž๐ซ ๐ƒ๐š๐ฒ๐š ๐๐š๐ง ๐๐ž๐ซ๐š๐ง ๐„๐ฅ๐ข๐ญ

Ketiga contoh di atas, dan banyak lainnya seperti Angola di bawah dos Santos atau Nigeria dalam berbagai rezim militer, menunjukkan pola yang mengerikan: “๐˜™๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ค๐˜ฆ ๐˜Š๐˜ถ๐˜ณ๐˜ด๐˜ฆ” seringkali dimediasi oleh tindakan manusia yang jahat atau ceroboh. Tokoh-tokoh seperti Mobutu, Marcos, Chรกvez/Maduro bukanlah korban keadaan; merekalah aktor utama dalam drama kehancuran ini.

Korupsi Sistematis: SDA menjadi sumber rente utama, diperebutkan oleh elit untuk kepentingan pribadi atau kelompok, bukan untuk pembangunan nasional. Kebijakan Ekonomi yang Mematikan: Nasionalisasi tanpa kapasitas, subsidi besar-besaran yang tidak terarah, pengabaian investasi di sektor produktif, pencetakan uang liar, semua kebijakan ini menghancurkan fondasi ekonomi.

Kolusi dengan Korporasi Asing: Kontrak-kontrak yang merugikan negara, skema transfer pricing, pembayaran suap, dan eksploitasi tanpa nilai tambah yang berarti bagi ekonomi domestik. Elit lokal menjadi “antek” yang memfasilitasi pengurasan kekayaan oleh entitas asing, imbalannya adalah kekayaan pribadi dan dukungan politik.

Penghancuran Institusi: Penegakan hukum yang lemah, peradilan yang tidak independen, dan media yang dibungkam memungkinkan praktik-praktik perusak ini berlangsung tanpa kendali. Kebangkrutan negara-negara kaya SDA ini bukanlah kebetulan atau nasib buruk. Ia adalah konsekuensi yang bisa diprediksi dari kepemimpinan yang korup, kebijakan yang salah arah, dan kolusi mematikan antara elit lokal yang rakus dengan kekuatan korporasi global yang haus keuntungan.

Kekayaan alam yang seharusnya menjadi tangga menuju kemakmuran, di tangan yang salah, berubah menjadi peti mati bagi masa depan sebuah bangsa. Luka ini dalam, dan pemulihannya membutuhkan lebih dari sekadar perubahan rezim; ia memerlukan pembongkaran sistemik budaya korupsi dan impunitas yang mengakar.

Hingga itu terjadi, paradoks negeri kaya yang miskin akan terus menjadi cerita yang memilukan di panggung dunia.***

๐‘๐ž๐Ÿ๐ž๐ซ๐ž๐ง๐ฌ๐ข
1. ๐˜ˆ๐˜ถ๐˜ต๐˜บ, ๐˜™. ๐˜”. (1993). ๐˜š๐˜ถ๐˜ด๐˜ต๐˜ข๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ฆ๐˜ค๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฆ๐˜ด: ๐˜›๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ค๐˜ฆ ๐˜ค๐˜ถ๐˜ณ๐˜ด๐˜ฆ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ช๐˜ด*. ๐˜™๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ต๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜จ๐˜ฆ.
2. ๐˜Ž๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ž๐˜ช๐˜ต๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ด. (2004). ๐˜™๐˜ถ๐˜ด๐˜ฉ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ช๐˜ฏ: ๐˜›๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ท๐˜ข๐˜ด๐˜ต๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ต๐˜ณ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ฆ ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜š๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฏ ๐˜’๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข, ๐˜‹๐˜™๐˜Š.
3. ๐˜Ž๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ต๐˜ด๐˜ฌ๐˜บ, ๐˜š. (2017). ๐˜ˆ๐˜ง๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ฉ๐˜ฐ๐˜ค๐˜ฌ๐˜ด: ๐˜Ž๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ธ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ค ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ง๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ด ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ต๐˜ธ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ฆ๐˜ต๐˜ฉ ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ๐˜บ. ๐˜—๐˜ณ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ต๐˜ฐ๐˜ฏ ๐˜œ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ท๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ช๐˜ต๐˜บ ๐˜—๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ด. (๐˜”๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ด ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ด ๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜‹๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ป๐˜ช๐˜ฎ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ช ๐˜”๐˜ข๐˜ณ๐˜ค๐˜ฐ๐˜ด & ๐˜”๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ต๐˜ถ).
4. ๐˜๐˜”๐˜. (2019). ๐˜๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ป๐˜ถ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข: ๐˜š๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ค๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฅ ๐˜ช๐˜ด๐˜ด๐˜ถ๐˜ฆ๐˜ด. ๐˜๐˜”๐˜ ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ณ๐˜บ ๐˜™๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ต ๐˜•๐˜ฐ. 19/67. ๐˜ฉ๐˜ต๐˜ต๐˜ฑ๐˜ด://๐˜ธ๐˜ธ๐˜ธ.๐˜ช๐˜ฎ๐˜ง.๐˜ฐ๐˜ณ๐˜จ/๐˜ฆ๐˜ฏ/๐˜—๐˜ถ๐˜ฃ๐˜ญ๐˜ช๐˜ค๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ด/๐˜Š๐˜™/๐˜๐˜ด๐˜ด๐˜ถ๐˜ฆ๐˜ด/2019/03/11/๐˜๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ป๐˜ถ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข-๐˜š๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ค๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฅ-๐˜๐˜ด๐˜ด๐˜ถ๐˜ฆ๐˜ด-46664
5. ๐˜”๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ต๐˜ฉ, ๐˜”. (2005). ๐˜›๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ด๐˜ต๐˜ข๐˜ต๐˜ฆ ๐˜ฐ๐˜ง ๐˜ˆ๐˜ง๐˜ณ๐˜ช๐˜ค๐˜ข: ๐˜ˆ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ด๐˜ต๐˜ฐ๐˜ณ๐˜บ ๐˜ฐ๐˜ง ๐˜ง๐˜ช๐˜ง๐˜ต๐˜บ ๐˜บ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ณ๐˜ด ๐˜ฐ๐˜ง ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜ฆ. ๐˜๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฆ ๐˜—๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ด. (๐˜”๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ด ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ข๐˜ด ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ด๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜”๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ต๐˜ถ).
6. ๐˜™๐˜ฐ๐˜ด๐˜ด๐˜ฆ๐˜ณ, ๐˜ˆ. (2006). ๐˜›๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ช๐˜ต๐˜ช๐˜ค๐˜ข๐˜ญ ๐˜ฆ๐˜ค๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜บ ๐˜ฐ๐˜ง ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ค๐˜ฆ ๐˜ค๐˜ถ๐˜ณ๐˜ด๐˜ฆ: ๐˜ˆ ๐˜ญ๐˜ช๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ๐˜ฆ ๐˜ด๐˜ถ๐˜ณ๐˜ท๐˜ฆ๐˜บ. ๐˜๐˜ฏ๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ต๐˜ถ๐˜ต๐˜ฆ ๐˜ฐ๐˜ง ๐˜‹๐˜ฆ๐˜ท๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต ๐˜š๐˜ต๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฆ๐˜ด.
7. ๐˜›๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ด๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜บ ๐˜๐˜ฏ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ต๐˜ช๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ญ. (๐˜ฏ.๐˜ฅ.). ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ต๐˜ช๐˜ฐ๐˜ฏ ๐˜—๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ต๐˜ช๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ด ๐˜๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜น. ๐˜ฉ๐˜ต๐˜ต๐˜ฑ๐˜ด://๐˜ธ๐˜ธ๐˜ธ.๐˜ต๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ด๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ค๐˜บ.๐˜ฐ๐˜ณ๐˜จ/๐˜ฆ๐˜ฏ/๐˜ค๐˜ฑ๐˜ช (๐˜š๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ต๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฑ๐˜ด๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜จ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข-๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜จ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ช๐˜ต).
8. ๐˜ž๐˜ฆ๐˜ช๐˜ด๐˜ฃ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ต, ๐˜”., & ๐˜š๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ท๐˜ข๐˜ญ, ๐˜“. (2008). ๐˜›๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ป๐˜ถ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฆ๐˜ค๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜บ ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ ๐˜Š๐˜ฉรก๐˜ท๐˜ฆ๐˜ป ๐˜บ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ณ๐˜ด. ๐˜Š๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ง๐˜ฐ๐˜ณ ๐˜Œ๐˜ค๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ค ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฅ ๐˜—๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ช๐˜ค๐˜บ ๐˜™๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ข๐˜ณ๐˜ค๐˜ฉ. ๐˜ฉ๐˜ต๐˜ต๐˜ฑ๐˜ด://๐˜ค๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ณ.๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ต/๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ต/๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ-๐˜ท๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ป๐˜ถ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ-๐˜ฆ๐˜ค๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜บ-๐˜ช๐˜ฏ-๐˜ต๐˜ฉ๐˜ฆ-๐˜ค๐˜ฉ๐˜ข๐˜ท๐˜ฆ๐˜ป-๐˜บ๐˜ฆ๐˜ข๐˜ณ๐˜ด/ (๐˜”๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ด๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ต๐˜ช๐˜ง ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข๐˜ญ, ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ณ๐˜ช๐˜ด๐˜ช๐˜ด ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข).

๐˜Š๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ: ๐˜š๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ-๐˜ด๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ช ๐˜Ž๐˜ญ๐˜ฐ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ž๐˜ช๐˜ต๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ด, ๐˜๐˜”๐˜ ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ต๐˜ด, ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜บ๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ด (๐˜ˆ๐˜ถ๐˜ต๐˜บ, ๐˜™๐˜ฐ๐˜ด๐˜ด๐˜ฆ๐˜ณ, ๐˜”๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ต๐˜ฉ) ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ด ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ต๐˜ข ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ข๐˜ญ๐˜ช๐˜ด๐˜ช๐˜ด. ๐˜‰๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜”๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ต๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜Ž๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ช๐˜ต๐˜ด๐˜ฌ๐˜บ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ด๐˜ช ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ซ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ด๐˜ต๐˜ถ๐˜ข๐˜ญ.

Berita Lainnya

Terkini