12 Universitas Indonesia-Timor Leste Jamin Kesejahteraan Pesisir lewat Riset Lintas Batas

Dua belas universitas Indonesia dan Timor-Leste membentuk kekuatan ilmiah lintas batas yang bertekad mengubah riset menjadi tindakan nyata.

22 Oktober 2025, 06:18 WIB

Denpasar -Masa depan laut yang lestari dan kesejahteraan masyarakat pesisir di Bentang Laut Sunda Kecil kini mendapat jaminan baru dari dunia akademik.

Dua belas universitas dari Indonesia dan Timor-Leste secara resmi bersatu, membentuk kekuatan ilmiah lintas batas yang bertekad mengubah riset menjadi tindakan nyata.

Melalui penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) pembentukan Lesser Sunda Seascape (LSS) Science Hub di Bali pada Senin (20/10/2025), para akademisi ini berkomitmen menjadi motor penggerak konservasi dan ketahanan pangan di jantung Segitiga Terumbu Karang.

Wilayah ini, yang mencakup perairan Bali, Nusa Tenggara hingga sebagian Laut Banda, adalah kawasan dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, namun sekaligus menghadapi tekanan ekologis dan tantangan sosial-ekonomi.

“Kolaborasi ini akan mendorong riset lintas batas dan memperkuat pengelolaan laut berbasis sains, terutama dalam konservasi terumbu karang, pengelolaan perikanan berkelanjutan, dan perlindungan spesies laut bermigrasi,” kata Dr. Frank Keith Griffin, Executive Director CTI-CFF Regional Secretariat.

Ini adalah upaya kolektif untuk menjamin masa depan laut yang sehat dan tangguh bagi masyarakat pesisir di kawasan ini.

Science Hub ini akan berfungsi sebagai wadah untuk riset kolaboratif, pertukaran pengetahuan, dan pengembangan kapasitas antar universitas, termasuk Universitas Nusa Cendana, Universitas Udayana, Universitas Pattimura, serta Universidade Nacional Timor Lorosa’e (UNTL).

Tujuannya jelas: menghasilkan rekomendasi kebijakan berbasis bukti ilmiah yang dapat mendukung pembangunan Ekonomi Biru yang berkelanjutan.

Tutus Wijanarko, IKI SOMACORE Project Lead Konservasi Indonesia, menekankan bahwa kerja sama ini melampaui batas-batas kampus.

Kerja sama ini memastikan bahwa hasil riset diubah menjadi kebijakan nyata yang berdampak bagi masyarakat pesisir.

“Dengan dukungan kampus, kita memperkuat praktik konservasi yang berkelanjutan dan relevan dengan tantangan zaman,” ujarnya.

Inisiatif ini sejalan dengan komitmen global terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), khususnya SDG 14 tentang Pemanfaatan Sumber Daya Laut Secara Berkelanjutan. Dengan Science Hub, para akademisi berjanji untuk memastikan ilmu pengetahuan—mulai dari riset multidisiplin hingga pengembangan basis data ilmiah—dijadikan dasar bagi setiap keputusan konservasi lintas batas.

“Tujuan utama kemitraan ini adalah menjadikan universitas sebagai motor penggerak konservasi laut, perikanan berkelanjutan, dan ketahanan pangan di enam negara anggota CTI-CFF,” tambah Prof. Grevo Gerung, Koordinator University Partnership CTI-CFF.

Melalui LSS Science Hub, kita ingin memastikan ilmu pengetahuan tidak berhenti di laboratorium, tetapi menjadi dasar tindakan nyata di lapangan.”

Melalui kerja sama yang inklusif dan fokus pada implementasi, koalisi 12 universitas ini diharapkan menjadi model kemitraan akademik regional yang sukses, melindungi warisan laut sekaligus meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir. ***

Berita Lainnya

Terkini