KabarNusa.com – Tiga sekawan perupa, I Gusti Nengah Nurata, Romo Mudji Sutrisno dan Sam Bimbo, menggelar pameran bersama bertajuk “Eksistensi dan Esensi Hitam Putih” di Bentara Budaya Bali (BBB).
Pameran secara khusus menghadirkan karya-karya sketsa dua dimensional, serta beberapa dengan medium acrylic ini berlangsung pada tanggal 27 November hingga 7 Desember 2014.
Pameran dibuka budayawan Pino Confessa, Kamis 27 November, sebagai upaya mereka mengeksplorasi nuansa hitam putih hingga ke ambang batas paduannya, abu-abu./
Proses cipta para seniman ini pun bertaut erat dengan alternatif penggunaan alat dan bahan, yakni tinta hitam, medium air, pensil, dan kertas putih sebagai bidang dua dimensional penciptaan karya.
Kali ini, sekira 98 karya terpilih selama sekian kurun waktu.
Menurut seniman kelahiran Tabanan, I Gusti Nengah Nurata, esensi hitam-putih adalah intisari dari bahasa rupa tiga sekawan ini yang mengekspresikan pikiran, ucapan, dan perilaku manusia yang positif (nilai kebaikan, kebenaran.
Juga, kebijaksanaan, kemuliaan, kejujuran, keadilan, keberadaban), juga yang negatif (nilai kejelekan, kesalahan, kebrutalan, kekotoran, kecurangan, keserakahan, kebiadaban).
“Ketiganya mengeksplorasi perbauran antara nilai positif dan negatif (abu-abu) justru untuk meraih kontemplasi pengagungan kemahabesaran Tuhan dengan segala ciptaan-Nya,” katanya.
Selain itu, pemuliaan kemahasucian Tuhan –menyiratkan “pesan moral” atau makna yang terkandung di dalamnya.
Serangkaian pameran digelar diskusi seni rupa pada Jumat (28/11/2014). Ketiga seniman, I Gusti Nengah Nurata, Romo Mudji dan Sam Bimbo akan mendialogkan perihal bagaimana karya-karya hitam putih dipandang sebagai media ekspressi yang tepat guna menggambarkan filosofi rwabhineda (dualitas).
Media itu mempertautkan aspek-aspek purasa dan pradana, serta nilai-nilai yang satu sama lain diyakini saling menyempurnakan hakikat keberadaan (suka-duka, lara-pati, siang-malam, laki-perempuan, dan lain-lain). (gek)