5 Aktor Berpesta Monolog di Festival Seni Bali Jani VI 2024

Festival Seni yang digelar Pemerintah Provinsi Bali ini dikuratori oleh Warih Wisatsana, Gus Martin dan Putu Satria Kusuma. Pementasan bertempat di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, pada hari Senin, 19 Agustus 2024.

22 Agustus 2024, 20:52 WIB

DENPASAR- Teater Jineng Tabanan mempersembahkan Pagelaran (Utsawa) Parade Monolog ‘Cita Cipta Cinta’ dalam perhelatan Festival Seni Bali Jani VI Tahun 2024. Perhelatan seni di bidang teater ini melibatkan Aktor-Aktor Teater Bali yang berlaga tahun ini yakni Muda Wijaya, Moch Satrio Welang, April Artison, Kadek Eky Virji dan Putra Daniswara.

Mereka menampilkan pergulatan dalam kisah kehidupan manusia yang diangkat dalam beragam bunga rampai peristiwa. Festival Seni yang digelar Pemerintah Provinsi Bali ini dikuratori oleh Warih Wisatsana, Gus Martin dan Putu Satria Kusuma. Pementasan bertempat di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, pada hari Senin, 19 Agustus 2024, pukul 19.00 wita. 

Dalam unggahan di media sosial, kurator festival Warih Wisatsana menerangkan sebagaimana Festival Seni Bali Jani tahun 2023, kali ini diketengahkan pula seni monolog menghadirkan 5 penampil yang membawakan lakon-lakon pilihan selaras tema FSBJ 2024, Puspa Cipta Jana Kerthi, Karya Mulia Manusia Berbudaya.

Aksi panggung malam tersebut, bukan semata menyuguhkan keindahan, melainkan menyampaikan  gagasan tentang arti penting kemanusiaan dan seruan kepedulian pada perdamaian. Cinta sebagai pengalaman keseharian, direguk dan dituturkan melalui laku akting yang menawan. Kelima penampil, menyajikan kepada kita renungan tentang arti kehidupan, dan bagaimana bersikap dalam memilah berkah atau limbah seturut kemelut pergaulan antarmanusia yang dibayangi kemelut dan prasangka.

Aktor Teater Bali, Moch Satrio Welang tampil memukau malam itu, membawakan naskah monolog ‘Rahim’ karya Cok Sawitri. Naskah ‘Rahim’ berangkat dari cerpen yang ditulis Cok Sawitri di Harian Kompas dan masuk dalam Buku Cerpen Pilihan Kompas 2001.

Karya fenomenal ini sengaja diangkat sebagai ‘tribute’ untuk Cok Sawitri atas pengaruh dan dedikasinya dalam memperkaya khasanah dunia teater modern Bali di Indonesia dalam beragam ajang internasional. Cok Sawitri kini telah tiada, beliau tutup usia pada 4 April 2024 lalu, namun semangat dan jejaknya memberi bara inspirasi.

Bertindak sebagai penyaji dan sutradara, Moch Satrio Welang tampil intens, tajam, memukul dan memberi daya hentak, menuju ke muara jantung persoalan dalam kisah ‘Rahim’ yang menjadi pemicu kegegeran penjuru negeri.

Mengenai operasi pembuangan rahim yang dikhawatirkan menjadi pemicu gerakan teror anti kelahiran baru, bentuk protes memperjuangkan kesejahteraan generasi mendatang. Pementasan ini melibatkan seniman muda Yoga Anugraha dalam tata musik dan Legu Adi Wiguna dalam tata artistik.

April Artison, Aktris Teater Bali yang menjadi langganan tampil monolog di FSBJ, tahun ini menampilkan kualitas permainan luar biasa, lepas dan membawa gairah kegilaan membuncah disutradarai oleh Dramawan Hendra Utay, memainkan naskah ‘Orang Gila’ karya Uyunk, diiringi musik oleh Heri Windi Anggara dan penyanyi Octaviya.

Kadek Eky Virji memberikan permainan yang dinamis dan terjaga, membawakan naskah ‘Kidung Puspa’ karyanya sendiri, mengangkat dilematika wanita dalam benturan perbedaan budaya.

Sementara aktor muda Putra Daniswara tampil menawan membawakan naskah satir ‘Perahu Gaza’ karya Iswadi Pratama, disutradari oleh seniman teater I Gede Arum Gunawan, disajikan dengan pendekatan yang realistik simbolik. mengangkat perang yang menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan.

Kardanis Muda Wijaya, aktor dan sutradara Teater Bali yang mumpuni dan memiliki jam terbang teruji menampilkan kepiawaiannya membawakan naskah ‘Memek’ karya fenomenal maestro Putu Wijaya  yang sarat teror mental. Menjadi pementasan penutup Parade Monolog FSBJ 2024, Muda Wijaya tampil dengan kekuatan penuh didukung oleh anak-anak muda berbakat Teater Limas.

Bagai roda kehidupan manusia, yang patah tumbuh hilang berganti, kisah peristiwa manusia dikemas apik dalam pertunjukan monolog lintas generasi, lintas daerah dan lintas batas pengekspresian seni. Putra Daniswara, Ketua Teater Jineng berkata,

“Dari pertunjukan parade monolog ini kami ingin menyampaikan berbagai gagasan tentang arti penting kemanusiaan untuk mewujudkan perdamaian dunia, terjalin dalam berbagai rangkaian kisah manusia. Mengalirkan curahan cita yang menciptakan berbagai kisah-kisah hidup manusia untuk menggemakan rasa cinta dan welas asih ke seluruh penjuru semesta.”

Festival Seni Bali Jani merupakan insiatif dari Putri Suastini Koster dalam upaya memberikan ruang pada pementasan seni modern tampil berlaga, tumbuh berkembang. Putri Suastini Koster sendiri di tahun ini memperoleh penghargaan ‘Dharma Kusuma’ dari Pj  Gubernur Bali, Mahendra Jaya karena jasanya dalam memajukan seni teater modern.

Pada Parade Monolog tahun ini, ramai disaksikan para seniman teater, penyair, budayawan antara lain Warih Wisatsana, Gus Martin, Tan Lioe Ie, Tommy F Awuy, Nyoman Wirata, Alit S. Rini, Wayan Jengki Sunarta, Hartanto Yudho Prasetyo, Made Budhiana, Nuryana Asmaudi, Agus Wiryadhi Saidi, Gde Artison Andarawata, Ngurah Aryadimas, Wini Arthini, Phalayasa Sukmakarsa, Kadek Surya Kencana, Ari Antoni, Nunung Noor El Niel, Winar Ramelan, Ryan Indra Darmawan, Bayu Reinhard, Imam Barker, Bonk Ava, Colby Aria, Hanny Riska, Bulan Dianita, Reza Ramadhan, Kholilulah dan lain-lain.***

Berita Lainnya

Terkini