Denpasar – Bank Indonesia siap memberikan insentif bagi perbankan yang menyalurkan pembiayaan hijau hingga maksimal 0,5 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja menyatakan hal itu saat Sarasehan “Menuju Ekonomi Bali yang hijau Tangguh dan Sejahtera” Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Jalan M Senin 31 Juli 2023.
Dijelaskan Erwin Soeriadimadja insentif kapada perbankan terhadap penyaluran kredit/pembiayaan hijau menjadi paling besar 0,5%.
“Meningkat dari sebelumnya 0,3%,” sebutnya.
Hal penting ditekankan juga bagaimana memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan.
“Melalui implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) bagi Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS)/Unit Usaha Syariah (UUS) yang akan berlaku sejak 1 Oktober 2023.
Selanjutnya, penajaman insentif likuiditas kepada bank penyalur kredit/pembiayaan pada sektor hilirisasi minerba dan hilirisasi nonminerba.
Sektor minerba termasuk pertanian, peternakan, dan perikanan), perumahan (termasuk perumahan rakyat), pariwisata, inklusif (termasuk UMKM, KUR, dan ultra mikro/UMi), serta ekonomi keuangan hijau;
Selain itu, disampaikan penetapan besaran total insentif paling besar 4%, meningkat dari sebelumnya paling besar 2,8%
Insentif yang terdiri dari (a) insentif untuk penyaluran kredit/pembiayaan kepada sektor tertentu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, paling besar 2%, meningkat dari sebelumnya 1,5%; (b).
“Insentif kepada bank penyalur kredit/pembiayaan inklusif ditingkatkan dari sebelumnya 1% menjadi 1,5%,” sebutnya.
Dengan rincian 1% untuk penyaluran kredit UMKM/KUR dan 0,5% untuk penyaluran kredit UMi; dan (c) insentif terhadap penyaluran kredit/pembiayaan hijau menjadi paling besar 0,5%, meningkat dari sebelumnya 0,3%;
Implementasi KLM dilakukan melalui pengurangan giro di Bank Indonesia dalam rangka pemenuhan GWM dalam Rupiah yang wajib dipenuhi secara rata-rata. ***