Kabarnusa.com – Masih ingat dengan Kdk AADP (16), pemuda putus sekolah asal Sawe, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali yang kedapatan mencuri satu ekor sapi induk beberapa lalu di Kecamatan Pekutatan, Jembrana.
Ternyata sejak kecil dia luput dari pengawasan orang tua. Anak kedua dari pasangan pasutri Gede Nuradi (47) dan Ni Ketut Sutesi (40), sejak berusia 10 tahun telah pisah dengan kedua orang tuanya.
Gede Nuradi dan Ni Ketut Sutesi, orang tua kandung Kdk AADP bercerai saat usinya baru 10 tahun. Tidak lama berselang, kedua orang tuannya yang telah becerai sama-sama menikah lagi dan tinggal jauh dengannya.
Ibunya menikah denga laki-laki pilihannya, sementara bapaknya juga menikah dan memilih tinggal di rumah istrinya di daerah Tabanan, Bali tanpa mengajak serta Kdk AADP.
“Karena itulah, saya putus sekolah karena tidak ada yang membiayai. Saya sekolah hanya sampai kelas dua SD,” ujar Kdk AADP lirih.
Jangankan untuk sekolah, untu makan sehari-hari saja dia harus minta ke orang-orang karena sanak saudaranya tinggal di kabupaten lain.
Tak hanyal lagi, dia tinggal berpindah-pindah dengan menumpang kepada orang lain. Itu kalaupun ada orang yang mau menerimannya dan menaruh iba kepadanya.
“Saya juga pernah tinggal di pasar Pekutatan. Di pasar itu saya bekerja apa aja. Membantu orang jualan, membantu bawa barang belanjaan. Bahkan jadi pemulung. Yang penting bisa makan,” ujar anak yang memakai anting-anting ini.
Dari hidup berpindah-pindah itulah, dia mengaku banyak mendapat teman dengan berbagai tabiat dan karekter.
Dari teman-temannya itulah karakternya terbentuk menjadi sosok anak yang liar dan kurang bertanggungjawab terhadap pekerjaan.
Dia tidak pernah betah bekerja dan selalu pergi dari tempatnya bekerja tanpa pamit. Bahkan tidak jarang dia mencuri uang majikannya untuk sekedar sanggu.
“Bapak saya jarang menemui saya. Intinya saya sudah dibuang oleh orang tua saya. Saya binggung menjalani hidup. Tapi di satu sisi saya selalu boros berbelanja jika punya uang. Hanya satu yang tidak saya lakoni yaitu mabok-mabukan,” tuturnya.(dar)