Banyak faktor mempengaruhi jumlah akumulasi limbah makanan, mulai dari kepadatan penduduk, pola konsumsi, umur, pengetahuan hingga frekuensi makan dalam sehari.
“Jumlah anggota keluarga juga berpengarug signifikan” kata akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa, Dr. I Nengah Muliarta, S.Si., M.Si yang juga terlibat dalam analisis hasil penelitian food waste yang dilakukan PPLH Bali.
Muliarta yang juga merupakan Ketua Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bali tersebut mengungkapkan era digital saat ini menyebabkan pola pembelian makanan memberi kontribusi terhadap jumlah limbah makanan yang dihasilkan.
Wagub Cok Ace Minta Perkuat Tugas dan Fungsi Desa Adat di Bali
Semakin besar rata-rata pengeluaran untuk membeli bahan makanan pada satu waktu, semakin besar kemungkinan menghasilkan lebih banyak limbah makanan
Limbah makanan tidak hanya berdampak buruk pada lingkungan namun juga memainkan peran utama dalam menciptakan kerugian ekonomi dan masalah sosial yang tidak perlu.
Dampak ekonomi yang besar dari membuang makanan mempengaruhi semua individu dan organisasi yang terlibat dalam rantai penyediaan makanan.
Apalagi fenomena di negara maju, makanan dipandang sebagai komoditas sekali pakai. Dampaknya sekitar sepertiga atau setengah dari semua makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia secara global diperkirakan akan terbuang percuma.
MDA Ajak Umat Wujudkan Alam Bali Bebas Sampah Plastik