Kabarnusa.com, Denpasaar – Puluhan aktivis dari berbagai negara kawasan Asia Pasifik menggelar aksi tandingan menyambut digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi World Trade Organization (WTO) di Bali.
Mereka yang mengklaim punya kepedulian atas nasib pembelaan nelayan, petani dan Kelompok marjinal lainnya, berdatangan ke Bali guna melakukan aksi mengecam kebijakan World Trade Organization yang dinilai tidak adil .
Mengatasnamakan Youth Food Movement (YFM) melakukan aksi guna mengkritisi kebijakan WTO yang tidak berpihak pada lingkungan dan ketahanan pangan dunia.
“Kami ke Bali ingin mengabarkan tentang kebijakan pangan yang dilakukan oleh WTO memang tidak adil,” ujar Koordinator YFM Saiful Munir, dalam keterangan resminya di Denpasar, Minggu (1/12/2013).
Menurut mereka, Kebijakan dunia itu sangat berpengaruh langsung terhadap sektor pertanian, buruh dan pelajar maupun mahasiswa.
Kegiatan digelar bertajuk “Bali Week Action” menyambut dan mengkritisi kegiatan organisasi perdagangan dunia yang menggelar Konferensi Tingkat Menteri (KTM-9) di Nusa Dua Bali.mulai Selasa 3 November 2013.
Alunan musik berjudul Rakyat Bersatau Tak Bisa Dikalahkan, yang dikemas dalam lima bahasa, Indonesia, Thailand, Filipina, Spanyol dan Inggris menyambut kedatangan mereka.
“Kelima bahasa itu menyimbolkan bahwa acara Bali Week Action ini memang memiliki prinsip solidaritas internasional untuk mengakhiri WTO,” kata Muhammad Ikhwan, anggota tim media center Bali Week Of Action.
Sebelum menggelar aksinya di Pulau Dewata, mereka juga road show –nya di beberapa Kabupaten dan Kota di wilayah Jawa guna melakukan aksi –aksi kreatif yang mengkritisi kebijakan WTO.
Diketahui, organisasi perdagangan dunia yang akan melangsungkan Konferensi Tingkat Menteri (KTM-9) di Nusa Dua Bali.
Dikatakannya, Bali Week Action diseleggarakan di Denpasar adalah pekan aksi dari gerakan masyarakat sipil seluruh dunia yang ingin mengakhiri segala praktik ketidak adilan perdagangan dan ekonomi dunia selama ini.
Acara berasal dari organisasi masyarakat sipil dari seleuruh Negara. Dalam acara ini, kembali kepada Saiful, memang peran pemuda haruslah kritis.
“Minimal, kita tidak memiliki kewajiban menanguntuk melawan WTO, tetapi kita wajib untuk tidak diam dengan ketidakadilan social dan ekonomi di negeri ini,” imbuh Saiful Munir. (sul)