AMSI Rangkul Google News Initiative Gelar Training Literasi Berita Lawan Hoaks

2 September 2021, 07:25 WIB
IMG 20210901 WA0107
Training Literasi Berita (News Literacy) bagi publik, mahasiswa, akademisi, dan jurnalis/Dok. AMSI.

Jakarta – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan dukungan Google News Initiative dan Cek Fakta menyelenggarakan Training Literasi Berita (News Literacy) bagi publik, mahasiswa, akademisi, dan jurnalis. 

Training digelar di 10 wilayah yakni Kalimantan Barat, Aceh, Maluku-Maluku Utara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Papua-Papua Barat. 

Wakil Ketua II AMSI Irfan Djunaidi, dalam sambutan pembukaan training perdana literasi berita yang dimulai di Kalimantan Barat ini menyampaikan pelatihan ini diselenggarakan dengan harapan para  peserta dapat mengidentifikasi informasi yang berdasarkan fakta dan yang tidak sesuai fakta. 

“Saat ini kondisi memang tidak mudah karena banyaknya berita atau informasi yang bercampur (fakta dan bukan fakta) dengan tujuan tertentu,” katanya, Rabu (1/9/2021).

Meski demikian ia mengharapkan peserta dari pelatihan daring ini, ke depannya dapat terlibat dalam gerakan melawan informasi bohong (hoaks).

Dijelaskan, kemampuan memverifikasi informasi yang benar sangat bermanfaat bagi masyarakat. 

“Diharapkan peserta dapat terlibat menahan laju sebaran hoaks atau informasi bohong, yang saat ini dampaknya cukup besar, dan merusak sendi-sendi sosial, bahkan mempengaruhi kebijakan,” katanya. 

Sedangkan Irene Jay Liu, News Lab Lead Google Asia Pacific (APAC) melalui video pengantar menyampaikan pentingnya keterlibatan semua pihak melawan mis-informasi.  

Pelatihan ini diharapkan dapat membantu masyarakat mengidentifikasi informasi tersebut benar berdasarkan fakta atau hanya fiksi.

Terlebih di era pandemi, jika kita tidak dapat membedakan antara informasi yang benar dan fiksi, itu bisa menjadi masalah hidup dan mati. 

“Apalagi informasi tersebut adalah informasi penting yang akan menjadi pertimbangan untuk mengambil keputusan penting bagi keluarga yang mereka cintai,” ujarnya.

Sebelumnya AMSI telah mentraining 20 jurnalis dari media anggota AMSI sebagai trainer Literasi Berita dan kemudian menyelenggarakan training bagi publik ini. 

AMSI mengadopsi kurikulum yang dirumuskan Masato Kajimoto, Associate Professor di University of Hong Kong dalam  dua training tersebut. 

Melalui video pengantar, saat pembukaan training yang diikuti lebih dari 30 peserta ini, pendiri Asian Network of News and Information Educators (ANNIE) mengatakan kurikulum ini lebih dari sekedar materi membongkar fakta.

“Tapi kurikulum ini juga membahas hal lain yang merupakan bagian dari literasi berita,” terangnya.

Materi akan diterima peserta mencakup diantaranya dampak media sosial terhadap pemahaman publik pada informasi, mewaspadai efek makna ganda pada efek visual atau foto berita dan lain-lain. 

“Peserta akan menerima 7 materi terkait literasi berita,” sebutnya. 

AMSI menargetkan hingga akhir September sekira etidaknya 300 orang dari berbagai unsur mendapatkan pemahaman terkait isu ini. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini