Ancaman Krisis Air, Sultan HB X Ajak Lintas Agama Tanam Pohon Langka di Lereng Merapi

Aksi tanam pohon langka oleh Kraton Yogyakarta di lereng Gunung Merapi menggandeng Pengurus Pusat Organisasi Pemuda Lintas Agama.

20 Januari 2025, 18:44 WIB

Sleman – Dalam mengantisipasi ancama krisis air Pemda DIY menggencarkan penanaman pohon langka obyek wisata Nawang Jagad, Kaliurang, Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Aksi tanam pohon langka oleh Kraton Yogyakarta dipimpin Gubernur DIY Sri Sultan HB X menggandeng Pengurus Pusat Organisasi Pemuda Lintas Agama.

Diketahui, Indonesia disinyalir terancam krisis air untuk tingkat menengah pada tahun 2025, Hal ini tercantum dalam laporan yang dikeluarkan Forum Air Dunia.

Prediksi Lembaga LIPI (sekarang BRIN) tahun 2019 lalu, pada tahun 2040 pulau Jawa akan mengalami kehabisan air bersih.

Peningkatan seiring krisis air bersih terjadi akibat deforestasi, betonisasi, polusi hingga global warming.

Karenanya, dilakukan penanaman pohon langka tiga jenis yaitu diantaranya sawo kecik, kepel, dan pronojiwo.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X hadir bersama GKR Mangkubumi, RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo, RM Drasthya Wironegoro, Ketum GP Ansor, Ketum Pemuda Muhammadiyah, Ketum Pemuda Katolik, Ketum Pemuda Kristen (GAMKI), Ketum Pemuda Budha (Gemabudhi), Ketum Pemuda Hindu (Peradah), Ketum Pemuda Konghucu (Gemaku), dan AM Putut Prabantoro yakni selaku Taprof Lemhannas RI.

Acara diinisiasi langsung cucu Sri Sultan Hamengkubuwono X yakni RM Gusthilantika Marrel Suryokusumo dengan tema “Air Untuk Masa Depan Peradaban”.

Kata Gusti Marrel,dibalik inisiasinya tersebut dilakukan secara mendadak pada bulan Desember 2024 lalu lewat pertemuannya bersama para ketua umum pemuda agama lintas agama tersebut.

Menurutnya, inisiasi ini penting, pada saat bertemunya dengan para ketua umum pemuda agama lintas agama di bulan lalu (Desember), yang dimana melahirkan sebuah ide untuk awal tahun 2025 dengan memulai dengan simbolik kita menanam demi kelancaran air.

“Maka dari itu tema pada penanaman ini adalah air untuk masa depan peradaban,” kata Gusti Marrel dalam sambutannya.

Pada kesempatan sama, GKR Mangkubumi sebagai Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Datu Dana Suyasa turut menyampaikan, terkait krisis air yang terjadi di DIY yakni sejak erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 silam.

“Dimana sungai-sungai itu tertutup lahar, Kami ingin lebih banyak lagi pohon-pohon yang ditanam. Karena sejujurnya, sejak erupsi Merapi tahun 2010 yang agak besar itu banyak sekali sungai-sungai, dan aliran sungai yang tertutup,” ungkap GKTR Mangkubumi.

Dengan banyaknya penanaman banyak ini, akan menimbulkan kembalinya sampai mengaliri ke selatan.

“Mudah-mudahan dari teman-teman dari lintas agama bisa mengajak teman-teman lainnya untuk bersama-sama menanam yang lebih luas lagi, gitu,” kata GKR Mangkubumi kepada wartawan usai acara.

Ditambahkan, GKR Mangkubumi kurangnya sumber mata air terjadi tidak hanya karena lahar gunung, namun juga banyaknya aktivitas manusia yang merusak salah satunya pertambangan pasir.

Ada aktivitas yang sangat luar biasa, pencemaran ada di situ. Aktivitasnya lainnya juga karena pertambangan. Warga tentunya memperlukan memerlukan air, lingkungan yang sehat dan memerlukan udara yang baik.

“Ya kita ingin mengajak bersama-samalah ini masyarakat untuk kita yuk saling menjaga. Saling menjaga alam. Semakin menjaga bumi ini untuk lebih baik lagi,” ucap GKR Mangkubumi.

Sultan HB X melontarkan hal senada dengan cucunya yang menolak keras adanya kerusakan alam yang terjadi di DIY, terutama menumbuhkan cinta lingkungan sedari anak-anak.

“Kalau saya ya mewakili regenerasi, untuk membangun kesadaran cinta lingkungan, jangan merusak lagi, tapi bagaimana menjaga gitu ciptaannya. Saya kira kesadaran itu juga harus tumbuh bagi anak-anak,” kata Sultan HB X

Sultan berharap, setelah giat tanam bersama inilah, akan banyak tanaman yang tumbuh disekitar lereng merapi serta tumbuhnya banyak mata air.

Harapannya, bagaimana semakin bagus sehingga dilereng merapi ini akan banyak tanaman. Dengan banyaknya tanaman itu Sultan meyakini akan tumbuh mata air baru yang memungkinkan masyarakat itu bisa menikmati dengan baik.

Pihaknya menyampaikan terima kasih sekali adik-adik semua dalam kesempatan ini. Semoga fondasi yang diletakkan ini bisa memberikan lembaran baru bagi masyarakat agar tidak merusak hutan.

“Alam jangan rusak, tapi bagaimana kita menjaga karena itu bentuk pelestarian agat bisa dimanfaatkan anak cucu kita,” tandas Sultan. ***

Berita Lainnya

Terkini