Ancaman Menginap di BBWS Yogyakarta: Ratusan Penambang Progo Menuntut ‘Rekomtek Sedot’ untuk Hidupkan Dapur Keluarga

Perkumpulan Penambang Progo Sejahtera (PPPS) DIY menggelar aksi dramatis di Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS Serayu Opak) DIY

16 Oktober 2025, 00:27 WIB

Yogyakarta – Ratusan penambang yang tergabung dalam Perkumpulan Penambang Progo Sejahtera (PPPS) DIY menggelar aksi dramatis di depan Kantor Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS Serayu Opak) DIY pada Rabu, 15 Oktober 2025.

Aksi ini memuncak dengan ancaman menginap massal di lokasi hingga malam hari, sebagai bentuk protes keras terhadap kebijakan rekomendasi teknis (rekomtek) perizinan yang dinilai “tidak manusiawi dan tidak masuk akal.”

Para penambang menolak keras rekomtek yang hanya mengizinkan penggunaan alat sederhana seperti cangkul, sementara melarang penggunaan alat sedot dalam Izin Pertambangan Rakyat (IPR).

Koordinator PPPS DIY, Umar Efendi, mengungkapkan, larangan penggunaan alat sedot yang berlaku sejak awal 2025 telah melumpuhkan aktivitas penambangan dan menyebabkan sekitar 500 hingga 700 kepala keluarga kehilangan mata pencaharian selama tujuh bulan terakhir.

“Aturan baru yang melarang alat sedot membuat ribuan penambang tidak bisa bekerja. Kondisi sungai sangat dalam, tidak mungkin kami menambang hanya dengan pacul. Rekomtek sedot ini pernah ada di tahun 2015,” tegas Umar.

Ia menambahkan, “Selama tujuh bulan ini, semua penambang menganggur. Kami susah memberi makan anak, keluarga, dan istri karena tidak bisa kerja.”

Tuntutan utama massa hanya satu: “Kami hanya ingin dikasih rekomtek sedot dan izin dipercepat.”

Aksi yang berlangsung panas ini juga mempersoalkan dasar hukum yang digunakan BBWS Serayu Opak, yaitu Keputusan Dirjen Pengairan No.176/KPTS/A/1987, yang dianggap tidak sesuai dengan norma perundangan saat ini.

Meskipun sempat terjadi audiensi sekitar 1,5 jam, massa merasa tidak puas lantaran Kepala BBWS Serayu Opak tidak hadir menemui mereka. Kekecewaan ini mendorong penambang sempat melakukan pemblokiran jalan utama di depan kantor, memarkir truk mereka hingga menyebabkan kemacetan panjang.

“Kami tutup jalan biar Ngarsa Dalem (Sultan) tahu kalau rakyatnya susah karena enggak bisa kerja,” jelas Umar Efendi. Blokade sempat dibuka kembali setelah berdialog, untuk menghindari gangguan lebih lanjut terhadap warga lain.

Hingga berita ini diturunkan pada sore hari, belum ada keputusan resmi dari pihak BBWS Serayu Opak. Massa penambang pun menyatakan sikap tegas: Mereka akan bertahan dan menginap di lokasi hingga Kepala BBWS memberikan keputusan yang jelas yang dapat menghidupkan kembali dapur ratusan keluarga di Yogyakarta. ***

Berita Lainnya

Terkini