Denpasar – Ketua Udayana CENTRAL, dr. Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH., Ph.D., memberikan peringatan keras mengenai dampak kesehatan dari merokok.
Menurutnya, pemahaman masyarakat terhadap risiko ini masih sangat lemah, padahal perilaku menghirup asap rokok menyimpan bom waktu kesehatan yang bisa meledak puluhan tahun kemudian.
dr. Ayu Swandewi menjelaskan rokok yang dibakar dan dihirup bukan hanya sekadar asap, melainkan pintu masuk bagi ribuan zat kimia berbahaya ke dalam tubuh.
“Bagian-bagian yang ada di dalam mata (rokok) itu masuk ke dalam saluran pernapasan, kemudian diserap masuk ke peredaran darah,” ujar dr. Ayu Swandewi dalam Workshop dan Media Gathering digelar Udayana CENTRAL di Bali Pecatu Graha, Badung 22 November 2025
Inilah konsep dasarnya kenapa orang yang merokok bisa terkena berbagai jenis penyakit.
Bahan-bahan berbahaya ini tidak langsung menyebabkan penyakit. Sebaliknya, mereka berakumulasi secara perlahan di berbagai organ.
Menurut dr. Ayu Swandewi, fenomena ini menjelaskan mengapa seorang perokok aktif yang terlihat sehat hari ini bisa saja baru merasakan dampaknya 10 hingga 20 tahun mendatang, seperti serangan jantung atau kanker.
Mengabaikan Risiko: Anggapan ‘Nasib’ dan Lemahnya Kesadaran Masyarakat
Salah satu tantangan terbesar di Indonesia, lanjut dr. Ayu Swandewi, adalah rendahnya kesadaran akan konsep risiko.
Masyarakat cenderung menganggap merokok sebagai perilaku normal dan menganggap penyakit fatal yang menimpa perokok usia muda sebagai “nasib” semata.
“Kita lihat banyak sekali orang yang merokok, normal sekali perilakunya. Lalu, kita melihat orang yang mendadak meninggal di usia 35-40 tahun dengan keterangan jantung atau stroke, kita bilang itu nasib,” kritiknya.
Padahal, jika ditelusuri, mayoritas kasus tersebut dialami oleh perokok. Dr. Swandewi menegaskan, merokok adalah faktor risiko utama yang signifikan meningkatkan peluang seseorang untuk jatuh sakit, meskipun tidak semua perokok pasti sakit, dan tidak semua yang tidak merokok pasti sehat.
Dukungan Semua Pihak Diperlukan untuk Pengendalian Tembakau
Untuk mengatasi krisis kesehatan akibat rokok, Dr. Ayu Swandewi menekankan pentingnya komitmen kolektif.
Pemerintah harus memiliki regulasi dan komitmen yang kuat untuk mengendalikan konsumsi, mencontoh kebijakan tegas dari negara lain seperti Singapura.
Masyarakat dan Keluarga perlu memperkuat otonomi dan kesadaran bahaya rokok, terutama untuk melindungi anak-anak.
Media memiliki peran penting untuk membuat masyarakat melek bahaya rokok.
“Dalam konsep kesehatan masyarakat, kita ingin memodifikasi faktor itu agar tidak sampai menimbulkan penyakit,” tutup Ayu Swandewi didampingi Pegiat Udayana CENTRAL Made Kertha Duana.
Pihaknya juga menyerukan agar semua pihak bergerak aktif untuk mencegah dampak buruk yang terlihat jelas di rumah sakit—mulai dari penyakit paru hingga kanker yang merenggut banyak nyawa. ***

