Solok– Sebuah kisah kemandirian ekonomi lahir dari nagari Tabek Talang Babungo, Solok. Berawal dari inisiatif lokal, Desa Tabek Talang Babungo kini menjelma menjadi model penguatan kapasitas warga, ditopang oleh kolaborasi berkelanjutan dengan Astra melalui program Kampung Berseri Astra (KBA) sejak tahun 2017.
Kolaborasi ini tidak hanya fokus pada satu aspek, melainkan mengintegrasikan penguatan pendidikan, ekonomi lokal (terutama usaha gula semut), dan pengelolaan lingkungan berbasis gotong royong masyarakat.
Titik terang kemajuan ekonomi warga terlihat jelas pada usaha produksi gula semut. Dahulu hanya dikelola oleh satu keluarga dengan produksi 5 kilogram per hari, kini telah berkembang pesat.
Peningkatan Kapasitas: Rumah produksi gula semut kini melibatkan 20 keluarga dan mampu menghasilkan 50 kilogram per hari—peningkatan sepuluh kali lipat.
Perluasan Pasar: Produk mereka tidak hanya dinikmati di Sumatra Barat, tetapi telah menembus pasar luar pulau hingga Jakarta dan Batam.
Dampak Sosial: Hebatnya, sebagian hasil penjualan dialokasikan kembali untuk program pendidikan dan kesehatan, termasuk pembiayaan beasiswa bagi lima pemuda kampung yang kini melanjutkan studi hingga ke Jepang.
“Bantuan peralatan, pendampingan, dan pelatihan dari Astra memperkuat apa yang sudah kami mulai. Warga jadi lebih percaya diri menjalankan usaha dan menjaga lingkungan,” ujar Kasri Satra, Tokoh Penggerak KBA Tabek Talang Babungo, menegaskan kemajuan ini adalah buah dari kerja bersama.
Pusat aktivitas dan inovasi di kampung ini adalah Rumah Pintar, yang dibangun melalui gotong royong warga. Fasilitas ini berfungsi ganda: sebagai ruang belajar bagi anak-anak dan sekaligus pusat pengembangan usaha terpadu, mencakup:
Rumah produksi gula semut.
Rumah maggot (pakan dari limbah organik).
Bank sampah.
Kolam ikan.
Seluruh unit ini saling terhubung dalam sistem pengelolaan limbah terpadu yang efisien.
Selain ekonomi, kolaborasi ini turut menghidupkan sektor pariwisata dan pendidikan. Jumlah akomodasi (homestay) melonjak dari hanya 5 unit menjadi 45 homestay. Jalur wisata alam dan ruang belajar terbuka di kampung ini kini menjadi sentra edukasi budaya, pertanian, dan lingkungan.
Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro, menekankan peran Astra adalah sebagai mitra yang memperkuat kapasitas lokal.
“Upaya ini bukan sekadar membangun program, tetapi menumbuhkan ekosistem pemberdayaan yang berkelanjutan bagi masyarakat di berbagai wilayah Indonesia,” ujarnya.
Melalui pendampingan yang mencakup penyediaan peralatan, pelatihan, hingga promosi UMKM, Astra membuktikan komitmennya untuk mendampingi desa tumbuh dengan kekuatan karakter dan potensi lokalnya, sejalan dengan cita-cita Sejahtera Bersama Bangsa dan mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia.***

