Angkat Tradisi Agraris, Banyuwangi Gelar Festival Padi

20 Juli 2016, 11:00 WIB

Kabarnusa.com – Sebagai bagian ajang Banyuwangi Festival 2016 yang konsisten mengangkat tradisi lokal pada pertengahan bulan Juli digelar sebuah festival yang menampilkan tradisi agraris warga Banyuwangi subkultur Jawa yang disebut Festival Padi. .

Festival ini, akan menampilkan ritual tradisional menanam padi yang sangat  menarik yang masih tetap dilakoni suku Jawa masyarakat di sisi selatan Banyuwangi ini.

Rencananya, festival ini akan digelar di desa Sumbergondo, Kecamatan Glenmore Banyuwangi Rabu (20/7/2016).

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengungkapan, festival kali pertama digelar ini sebagai upaya untuk menghidupkan budaya agraris tanam padi tradisional masyarakat Indonesia di tengah modernisasi pertanian.

Pihaknya ingin menunjukkan kepada khalayak, ada budaya agraris yang melingkupi masyarakat saat ini. Di mana budaya itu telah menjadi bagian penting dari sumber kehidupan masyarakat pedesaan.

“Festival ini akan mengingatkan bahwa kita memiliki tradisi cocok tanam yang sarat makna filosofinya,” ujar Anas dikutip dalam laman banyuwangikab.go.id.

Anas menambahkan, festival padi ini sebagai ajang konsolidasi berbagai sektor. Festival ini akan melibatkan banyak pihak, mulai dari pelaku di sektor pertanian, ketahanan pangan, bidang pengairan, hingga sektor pariwisata yang bisa memberikan nilai tambah pada bidang pertanian ini.

Selain itu, lewat festival ini kami ingin menumbuhkan kebanggan terhadap profesi petani, yang dampaknya bisa menumbuhkan kebanggaan warga akan desanya.

“Petani generasi muda juga bisa bangga akan profesinya. Profesi petani sama berharganya dengan profesi-profesi lain,” sambungnya.

Pada Festival Padi ini diawali ritual “tiris”, tradisi yang biasa dilakukan petani di Sumbergondo sebelum melakukan prosesi tanam padi.

Dikatakan sesepuh Desa Sumbergondo, Mbah Sanusi tradisi ini dimulai dengan ritual selamatan yang menyertakan 3 jenis tumpeng. Yakni tumpeng gunung, bucung, dan kunir.

Tiga jenis itu, kata Mbah Sanusi, mengandung filosofi, bahwa hakekat hidup harus jujur dan lurus. Ini disombolkan dengan tumpeng gunung dan bucung. Sedangkan sego kunir yang diikat janur kuning, maknanya manusia harus ingat kejadian asal mulanya dari nur, yang identik warna kuning.

Tidak hanya tumpeng, dalam selamatan ini juga dilengkapi sesaji yang ditaruh dalam wadah daun pisang atau yang lazim disebut dengan cok bakal, yang artinya mengawali. Cok bakal ini berisi aneka macam sumber pangan manusia. Di antaranya  kacang,  telur, yang dilengkapi kembang tiga warna.

“Setiap selamatan tanam padi, petani wajib menyertakan cok bakal ini. Konon menurut cerita leluhur, ritual ini harus dilakukan agar panen melimpah ruah, tidak diganggu apapun, sehingga bisa mendatangkan kemakmuran bagi warga desa” ujar Mbah Sanusi.

Nantinya, sebelum dimakan bareng, tumpeng didoakan oleh sesepuh desa. “Usai makan tumpeng bersama, tanam padi baru dimulai,” tutur Mbah Sanusi.

Camat Glenmore Susanto Wibowo mengatakan festival ini akan dipusatkan di Balai Desa Sumbergondo. Di lokasi tersebut, seluruh warga dan pengunjung akan mengikuti makan tumpeng bareng yang dibawa oleh ratusan petani.

Para petani pembawa tumpeng tersebut akan datang dari 3 penjuru, yang mewakili tiga dusun di tempat tersebut. Yakni Yakni Dusun Salamrejo, Gunungsari dan Dusun Kalisepanjang. “Mereka lah yang akan memulai pesta padi ini,” ujar Susanto.

Usai kenduri, lanjut Susanto, 340 petani yang terlibat dalam festival ini akan mulai ritual bercocok tanam di lahan 20 hektar terbagi dalam 3 sawah yang berbeda.

Mereka masing-masing akan menampilkan tiga tahapan bercocok tanam padi dengan sangat tradisional, yakni  menggunakan sapi untuk membajak sawah dan menggunakan tangan saat  menanam padi dengan cara berjalan mundur.

“Warga ada yang nyingkal (membajak sawah), meratakan tanah (ndaru), dan menanam padi. Akan ada 20 pasang kerbau yang siap beratraksi membajak sawah. Pak Bupati akan membajak sawah menandai perhelatan festival ini,” demikian Susanto. (gek)

Berita Lainnya

Terkini