Denpasar – Sejak tahun 2020, Arak Bali telah menjadi bagian penting dalam budaya dan ekonomi masyarakat Bali. Peraturan daerah yang diterbitkan oleh Gubernur Wayan Koster pada tahun tersebut memberikan landasan hukum yang kuat untuk pengembangan Arak Bali.
Hari Arak Bali yang diperingati setiap tahunnya menjadi momentum penting untuk memperkenalkan Arak Bali ke dunia. Kini, Arak Bali tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga diakui sebagai salah satu minuman beralkohol terbaik di dunia.
Untuk memperkenalkan Arak Bali ke dunia, Gubernur Wayan Koster tidak ragu untuk mencicipi berbagai minuman beralkohol dari negara lain. Ia ingin memastikan bahwa Arak Bali memiliki kualitas yang tak kalah dengan minuman-minuman ternama tersebut.
Setelah mencicipi vodka, whiskey, sake, dan soju, ia menyimpulkan bahwa Arak Bali jauh lebih baik. Kini, ia berkomitmen untuk terus mempromosikan Arak Bali agar semakin mendunia.
“Kita harus betul-betul bersaing dengan produk minuman beralkohol dari luar. Untuk itu saya terpaksa cicipi sake, soju, whisky, dan dan sebagainya.
Dan rasanya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan arak Bali. Makanya harus ditingkatkan. Kemasan harus ditingkatkan,” tambah Koster.
Di hadapan para petani arak, produsen, pengelola resotoran, hotel, tempat hiburan dan koperasi, Rabu 29 januari 2025 di GWK, Gubernur Koster mengatakan, perjuangan untuk melegalkan arak juga mengalami banyak tantangan.
Koster menghadapi tantangan besar. Penolakan terhadap rencananya datang dari berbagai arah. Namun, ia tidak menyerah. Pengalaman 15 tahun sebagai anggota DPR RI menjadi modal penting. Ia sangat memahami lika-liku pembuatan regulasi.
Berbekal pengalaman itu, Koster akhirnya berhasil menerbitkan Pergub Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali.
“Ini adalah pertarungan yang berat,” ujarnya. “Tanpa pengalaman, di DPR RI saya tidak yakin kita bisa berhasil. Penolakan datang dari berbagai arah. Tapi saya tidak menyerah. Saya berdebat, menjelaskan bahwa 80% minuman keras di Bali ada karena pariwisata.
Masuk akal jika kita memberdayakan produk lokal, seperti arak yang lahir dari budaya kita sendiri. Jangan sampai kita malah membiarkan minuman impor menguasai pasar,” imbuhnya. ***