Arjaya: Jangan-Jangan Orang Denpasar Tak Ingin Ada Pemerataan

3 Mei 2014, 16:49 WIB
Made Arjaya (Foto:KabarNusa)

KabarNusa.com, Denpasar –
Sulitnya mewujudkan pemerataan ekonomi di Bali bisa jadi karena masih
ada pihak-pihak di Denpasar dan Badung yang belum rela jika kabupaten
lainnya juga maju dalam melaksanakan pembangunan.

Ketua
Komisi I DPRD Bali Made Arjaya sembari berseloroh bahkan memiliki
pikiran “nakal” dalam melihat belum tercapainya pemerataan pembangunan,
yang masih terpusat di Bali Selatan yakni Denpasar dan Badung.

Dalam
simakrama pertemuan rutin yang digagas Pastika dihadiri ratusan tokoh
masyarakat dan elemen lainnya, Arjaya berkesempatan menjawab pertanyaan
warga dan merespon beberapa isu penting yang menjadi perbincangan
publik.

Dia misalnya, merespons soal wacana pemerataan
pembangunan Bali Utara dan Selatan, yang dinilainya masih ada ambiguitas
masyarakat.

Menurutnya, sikap masyarakat tergolong
aneh, di satu sisi masyarakat menginginkan adanya pemerataan pembangunan
dan perubahan, di pihak lain, menentang atau tidak mendukung
pembangunan.

Jika di negara lain atau daerah lainnya,
mereka memberikan karpet merah untuk investor yang ingin berinvestasi,
agar pembangunan berjalan namun di Bali, justru sebaliknya.

“Di
Bali saya cermati aneh, kalau orang mau membangun di Buleleng ributnya
setengah mati, mau membangun F-1 di Jembrana ributnya bukan main,
demikian juga mau membangun di Karangasem ributnya setengah mati, ”
katanya Sabtu (3/5/2014).

Anehnya, sebagaimana disorot
Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), laju pembangunan
hotel di Badung dan Denpasar, saat ini tengah menjamur. Meski dari sisi
perizinan sudah berjalan, namun kenapa tidak ada yang pernah meributkan.

Karena
itu, kemudian muncul pikiran “nakal” dalam benak Arjaya, apakah
jangan-jangan, orang di Denpasar yang tidak ingin, daerah-daerah lainnya
di Bali , agar tidak terjadi pemerataan pembangunan.

“Itu pikiran nakal saya,” katanya sembari meminta maaf.

Mengapa
demikian, sebab ketika rencana pembangunan bandara di Buleleng,
mendapat reaksi berlebihan dan ribut soal lokasi apakah di barat atau
timur.

Sekali lagi, menurutnya, saat ini perlu membangun kesadaran baru dalam memaknai pembangunan. Orang minta pemerataan ekonomi, tetapi pembangunan tidak boleh dilakukan.

Dicontohkan,
wacana pembangunan F1 di Jembrana itu masih panjang prosesnya, baru
sebatas pengajuan yang perlu kajian mendalam dan masih panjang
prosesnya.

“Gimana mau menciptakan pemerataan, jika
hanya membangun di Denpasar, Badung dan sekitarnya,” kritik politisi PDI
Perjuangan itu.

Dia mengingatkan, kabupaten lainnya
tidak mungkin bisa maju tanpa melaksanakan pembangunan. Tidak mungkin,
tercipta pemerataan di Jembrana di Buleleng tanpa membangun daerahnya.

Karenanya,
sekali lagi Arjaya meminta masyarakat Bali merenungkan kembali, berfikir jernih dalam menyikapi berbagai permasalahan tersebut. (rma)

Berita Lainnya

Terkini