Jakarta – Gelombang perubahan besar kini tengah bergulir dari desa-desa di seluruh Indonesia. Gerakan ini bukan sekadar inisiatif, melainkan perwujudan ketulusan anak-anak bangsa yang kembali ke akarnya, berjuang mengangkat harkat tanah kelahiran mereka.
Daya juang ini menemukan simpul kekuatan dalam komitmen sosial berkelanjutan PT Astra International Tbk, membentuk sinergi yang tak terpisahkan demi mewujudkan kesejahteraan desa yang mandiri.
Melalui empat pilar kontribusi sosial—Kesehatan, Pendidikan, Kewirausahaan, dan Lingkungan—yang sangat selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia, Astra hadir memperkuat langkah para penggerak lokal.
Sinergi ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup, membuka akses pendidikan, memperluas peluang ekonomi, serta menjaga keberlanjutan alam sekitar desa.
Indonesia memiliki anak-anak bangsa yang bekerja dalam diam tanpa sorotan, namun mengubah kehidupan banyak orang.
“Mereka adalah bukti daya juang Indonesia lahir dari desa-desa, dari kepedulian yang tidak pernah padam,” ungkap Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro.
Astra bangga menjadi bagian dari perjalanan mereka dalam memperkuat kontribusi sosial berkelanjutan di pedesaan.
“Kami berharap semangat ini menggugah lebih banyak anak bangsa untuk ikut bergerak bersama membangun hari ini dan masa depan Indonesia,” tandasnya.
Komitmen jangka panjang Astra telah membuahkan hasil signifikan. Sejak 2010, melalui Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU) Awards, Astra telah memberikan apresiasi kepada 792 pemuda inspiratif.
Program ini bersinergi dengan lebih dari 1.500 Kampung Berseri Astra dan Desa Sejahtera Astra di 35 provinsi.
Hingga tahun 2024, rangkaian kontribusi sosial Astra telah menjangkau 2,63 juta penerima manfaat.
Kinerja ekonomi juga mencolok: periode 2020–2024, valuasi ekspor dari Desa Sejahtera Astra mencapai angka fantastis Rp349 miliar, membuktikan daya saing produk desa di pasar global.
Di balik angka-angka tersebut, terdapat kisah-kisah inspiratif dari para Tokoh Penggerak yang menolak berpangku tangan.
Petronela Merauje (Mama Nela) dari Papua: Dikenal sebagai Penjaga Hutan Perempuan, ia memimpin kaum ibu membersihkan sampah, menanam mangrove, dan memulihkan hutan adat sebagai sumber pangan dan penghasilan.
Bernard “Oday” Langoday dari Garut: Sosok coffee sociopreneur ini sukses membangun ekosistem kopi dari hulu ke hilir, menggerakkan lebih dari 4.000 warga, dan menjadikan kopi desa kebanggaan baru.
Zainal Abidin dari Sulawesi Selatan: Setelah sukses berpendidikan hingga program doktoral, ia kembali untuk memajukan kampungnya.
Ia memperkenalkan keindahan alam karst Rammang-Rammang ke dunia melalui media sosial, sekaligus menjaga lingkungan dengan memproduksi pupuk organik ramah lingkungan.
Dian Banunu dari Kupang: Guru penuh dedikasi ini rela menumpang truk selama 2 jam setiap pagi demi mencerdaskan anak-anak bangsa di daerah Oesusu, telah berhasil mencetak lulusan yang mandiri dan profesional.
Kisah dokumenter lengkap para penggerak ini dapat disaksikan di kanal YouTube SATU Indonesia, berfungsi sebagai jendela harapan sekaligus ajakan bagi setiap anak bangsa untuk berkontribusi positif bagi masyarakat sekitar.
Komitmen Astra ini menegaskan cita-cita besar mereka untuk Sejahtera Bersama Bangsa serta mendukung penuh pencapaian SDGs Indonesia. ***

