Ayu Saraswati Dorong Pelaku Perjalanan Wisata Bali dan Pemilik Properti Perkuat Sinergi

6 Agustus 2021, 14:55 WIB
IMG 20210806 153713
Owner dan CEO Toya Yatra Travel Putu Astiti Saraswati/Dok. Ayu Saraswati

Denpasar – Owner dan CEO Toya Yatra Travel Putu Astiti Saraswati mendorong pelaku perjalanan wisata di Bali terus memperbanyak sinergi dengan
pemilik properti pariwisata baik itu hotel, homestay hingga destinasi
wisata agar bisa dapat bertahan di era pandemi Covid-19.

Menurutnya, sinergi merupakan kunci utama bertahan di tengah-tengah pandemi. Meskipun data BPS Bali, pada triwulan II/2021, perekonomian mulai tumbuh positif positif 2,83% (yoy) meningkat dari -9,81% (yoy) pada triwulan sebelumnya, tetapi banyak pelaku usaha di lapangan masih kesulitan berbisnis. 

Khususnya, biro jasa perjalanan di Pulau Dewata yang kini sangat tertekan dengan adanya aturan bepergian seperti Peraturan Pembatasan Kegiataan Masyarakat (PPKM) dan penutupan perbatasan.

Ayu, sapaan akrabnya ini memberikan solusi untuk mensiasati situasi serba berat seperti sekarang, skema kerja sama antara biro perjalanan dengan hotel dan daya tarik wisata perlu dirancang ulang dalam menghadapi pandemi yang berkepanjangan ini. Sinergi antar asosiasi pariwisata juga perlu dilakukan. 

 

Mantan sekretaris Asita untuk Asean Market ini menegaskan kerja sama bisa dikongkritkan dalam bentuk kampanye bersama.

“Sinergi ini juga saling menguntungkan karena biro agen perjalanan dapat membuat kampanye sehingga saling menguntungkan. Ini menurut saya acara untuk bertahan karena tekanan sangat keras sekali bagi biro agen perjalanan wisata,” ujarnya salah satu kandidat kuat Ketua Asita Bali 2021-2026, Jumat 6 Agustus 2021.

Dia menekankan, model ekonomi telah berubah drastis. Pandemi menjadi menyadarkan bahwa landsekap bisnis periode sekarang tidak seperti periode keemasan Bali dulu dimana pelancong akan datang dengan sendiri serta spending besar. 

“Sekarang ini digitalisasi telah mempercepat penyampaian informasi serta penetrasi langsung kepada calon pelancong. Digitalisasi juga telah menyebabkan persaingan semakin ketat,: ujar mantan Wakil Bendara Asita Pusat 2009-2014 ini.

Agar bisa dapat bertahan, biro perjalanan wisata menghadapi persaingan ketat dengan OTA. Efek yang muncul kemudian adalah, tipe pelancong berubah. 

Sekarang muncul namanya digital nomad tourism. Berwisata kini lebih mudah karena informasi melimpah dan dari sebuah gawai dapat langsung memesan. Transaksi pun telah berubah menjadi cashless.

Dunianya sudah berubah, lansekap bisnis juga berbeda. Sekarang anak muda semakin banyak berwisata dan mereka datang dengan mengandalkan kemudahan seperti OTA. 

“Potensi seperti inilah yang mau tidak mau harus di grab oleh biro perjalanan wisata karena mereka memiliki potensi sangat besar kedepannya,” jelas dia.

Perempuan yang yang aktif berorganisas ini menekankan contoh kecil sinergi yang juga layak diterapkan saat ini adalah biro perjalanan wisata bekerja sama langsung dengan desa wisata. Biro perjalanan wisata yang membuatkan paket dan promosi. Model kerja sama seperti ini praktis langsung berdampak bagi kedua belah pihak. 

Ibu dua anak ini mengakui, situasi yang terjadi sekarang tidak bisa hanya mengeluh terus menerus. Akan lebih baik apabila sekarang adalah berubah dan beradaptasi. Karena situasinya sudah tidak sama lagi seperti dulu. 

Jika dahulu, mendapatkan margin besar sangat mudah, sekarang ini pun mendapatkan margin kecil tetap harus disyukuri. 

Karenanya, Ayu Saraswati mengajak agen biro perjalanan wisata untuk beradaptasi dengan situasi. Salah satu contohnya dengan memanfaatkan pasar domestic yang sangat besar karena penduduk Indonesia 240 juta lebih. 

Salah satunya, peluang yang sangat besar untuk program “Di Indonesia Saja”, yang sudah diinisiasi Kemenparekraf RI. 

Karena masyarakat di Bali tingkat kesadaran dalam hal prokes mencapai 92% ini tertinggi di Tanah Air sehingga calon wisatawan domestik akan merasa lebih aman dan nyaman  (rhm)

Berita Lainnya

Terkini