TABANAN – Masyarakat diminta tetap tenang dan tidak resah menyusul isu yang cukup menyita perhatian publik di Bali yakni penyebaran Bakteri Streptococcus atau menengitis yang disebut-sebut hanya ditularkan lewat hewan babi.
Pemkab Tabanan melalui Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan berupaya menanggulangi issu bakteri Streptococcus dengan mengadakan rapat bersama melibatkan para UPT Peternakan di Kabupaten Tabanan, Para Peternak Babi, Para tukang Potong babi dan OPD terkait di lingkungan Pemkab Tabanan.
Rapat diadakan di lantai III kantor Bupati Setempat, Rabu (15/3/17), dipimpin sekkab Tabanan I Nyoman Wirna Ariwangsa, didampingi Asisten II Setda Tabanan I Wayan Miarsana, Kadis Pertanian I Made Budianan, Direktur BRSU Tabanan. Hadir juga Kadi Kesehatan, dan Kabag Humas dan Protokol Setda kab Tabanan I Putu Dian Setiawan.
Pada rapat tersebut, dijelaskan bahwa bakteri streptococcus suis memang sudah ada dari jauh jauh hari. Dan penyebarnya bukanlah dari hewan Babi saja namun hewan lain juga bisa terindikasi bakteri tersebut, apabila kita tidak menjaga lingkungan tetap bersih.
Maka bakteri Streptococcus suis ini cepat mewabah. “Maka untuk menghindari terjangkit bakteri Streptococcus Suis ini hendaklah harus menjaga lingkungan tetap bersih,” himbau Kadis Peternakan Tabanan I Nyoman Budana.
Sekkab Wirna mengarahkan, agar menyikapi dan mengambil langkah tepat menghadapi issu tersebut. Apalagi dikatakannya issu ini terus bergulir, bagaimana caranya harus mengambil langkah kedepan.
“Karena kedepan ini akan seperti bola liar yang bisa merembet kemana-mana dan berdampak pada ekonomi masyarakat dan bahkan bisa ke sisi politik,” tegas dia. Karena hal ini tentu berpengaruh besar pada ekonomi perdagangan yang mengutamakan olahan babi. Agar ditemukan solusi sehingga tidak ada kecemasan di masyarakat.
Bukan hanya pedagang, Peternak babi, dan lain sebagainya yang menjadikan babi sebagai olahan tidak merasa panic. “Kita harus lakukan sosialisasi ke masyarakat, agar ini tidak menjadi masalah yang lebih besar,” tegasnya.
Bukan saja pedagang, masyarakat juga diresahkan oleh hal tersebut. Sebelumnya anjing Bali yang dibilang terkesan terkena Rabies dan sekarang, Babi yang merupakan daging yang paling populer di Bali sebagai masakan khas Bali juga disebut penyebab dari penyakit meningitis tersebut.
Kadis Kesehatan I Nyoman Suratmika juga membetulkan bahwa streptococcus suis ini merupakan bakteri, dan bukanlah virus. Ini sangat bisa ditanggulangi apabila kita dengan segera mengambil langkah yang tepat.
“Ini adalah penyakit biasa, bukan hanya semata-mata dari hewan babi namun hewan yang lainnya juga bisa terjangkit bakteri ini,” jelasnya. Sekarang tinggal bagaimana kita mengolahnya, babi tidaklah berbahaya. Namun di dalam perawatan saat beternak babi haruslah kita menjaga kebersihan kandang.
Ditambahkannya juga masalah ini adalah hal yang sederhana. “Mari mengolah daging babi dengan baik, jangan lagi mengkomsumsi yang mentah. Dan masak diatas suhu 56 derajat celcius maka bakteri itu akan mati. Karena prinsipnya bakteri ini mudah mati,” imbuhnya.
Asisten II Sekda Tabanan Miarsana juga menambahkan, dari kondisi sudah pasti kita mendapatkan suatu pemahaman. Bagaimana caranya selanjutnya kita trun mensosialisakan hal ini agar tidak meluaskan kepanikan masyarakat, pungkasnya.
Sejatinya dari dulu penyakit ini sudah ada, namun sekarang dengan adanya media sosial yang lekat dgn masyarakat menjadikan issu ini cepat menyebar dan menyebabkan kepanikan.
“Sekarang apakah benar babi yang menyebabkan hal tersebut, karena seperti dijelaskan hewan apa saja bisa terjangkit bakteri ini. Maka tidak adil bahwa menyudutkan Babi sebagai penyebar bakteri penyebab meningitis,” tutupnya. (gus)