Balai Perikanan Budidaya Jadi Tumpuan Peningkatan Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat

2 Mei 2021, 10:03 WIB

Jakarta – Balai Perikanan Budidaya mampu menjadi salah satu tumpuan
peningkatan ekspor sektor kelautan dan perikanan serta pertumbuhan ekonomi
masyarakat.

Apa yang didorong Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) itu sejalan
dengan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono.

Ada dua terobosan guna menggenjot subsektor perikanan budidaya, yakni
pengembangan perikanan budidaya untuk peningkatan ekspor yang didukung riset
kelautan dan perikanan, serta pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya
tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal.

“Peranan balai sangat diperlukan guna merealisasikan itu semua. Pasalnya balai
bersentuhan langsung dengan masyarakat di daerah-daerah,” ungkap Direktur
Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto dalam keterangannya di Jepara,
bebrapa waktu lalu.

Salah satunya seperti BBPBAP Jepara, menurut Slamet, sebagai salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) DJPB harus terus fokus pada kegiatan perekayasaan serta
juga harus menjadi bagian dalam pengembangan bisnis sehingga nantinya akan
menggerakkan ekonomi masyarakat dan memberikan kontribusi terhadap ekonomi
nasional.

Sebelunnya, Menteri Sakti Wahyu Trenggono dalam kunjungannya di BBPBAP Jepara
menyampaikan peran UPT selain melayani dan mendampingi masyarakat, juga
sebagai agent of change serta pemberi solusi dan saat ini UPT juga harus dapat
menjadi inkubator sekaligus akselerator bisnis di daerah.

Keberadaan UPT DJPB agar menghasilkan inovasi-inovasi teknologi yang bernilai
ekonomi, serta bisa diaplikasi dan ditiru oleh masyarakat.

Slamet menyampaikan guna pencapaian dua terobosan terkait perikanan budidaya
tersebut, salah satunya melalui pengembangan pakan mandiri.

Dan upaya yang telah dilakukan oleh BBPBAP Jepara lainnya adalah instalasi
budidaya maggot yang dikunjungi dan dilihat langsung oleh Menteri Trenggono.

Beberapa keunggulan maggot diantaranya memiliki kandungan protein 40-48% dan
lemak 25-32%, produksi maggot tidak membutuhkan air, listrik dan bahan kimia
serta infrastruktur yang digunakan relatif sederhana, sehingga teknologi
produksi maggot dapat diadopsi dengan mudah oleh masyarakat.

Maggot mempunyai peluang digunakan sebagai bahan baku alternatif pakan ikan
dan dapat diproses menjadi tepung maggot (mag meal) sehingga dapat menekan
biaya produksi pakan.

Manfaat lainnya, maggot mampu mendegradasi limbah organik menjadi material
nutrisi lainnya.

“Bisa dibayangkan jika semua pembudidaya mampu menghasilkan budidaya maggot,
maka bukan hanya nilai ekonomi yang didapatkan tapi secara langsung kita
berperan dalam penyelamatan bumi dari masalah limbah organik (zero waste),”
paparnya.

Diharapkan, melalui inovasi teknologi BBPBAP Jepara seperti budidaya maggot
ini diharapkan dapat memudahkan perputaran ekonomi masyarakat pembudidaya
dalam usaha budidaya yang berkelanjutan serta diharapkan dapat memberikan
multiplier effect terhadap perekonomian bagi masyarakat daerah. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini