DENPASAR – Pembangunan bale banjar ini tidak telepas dari konsep Tri Hita Karana, sehingga diharapkan menjadi tolak ukur kami di dalam pembinaan pawongan yakni generasi muda khususnya di dalam mempertahankan agama, adat dan budaya Bali.
Kelihan Banjar Kaliungu Kelod, Nyoman Gunayana mengatakan, pemelaspas merupakan puncak dari serangkaian pembangunan yang telah dilaksanakan pada Tahun 2009 dengan pembangunan parhyangan (Pura) .
Pembangunan ini tidak telepas dari konsep Tri Hita Karana, sehingga diharapkan menjadi tolak ukur kami di dalam pembinaan pawongan yakni generasi muda khususnya di dalam mempertahankan agama, adat dan budaya Bali.
Kota Denpasar yang merupakan kota berwawasan budaya yang kental dengan adat istiadat tidak pernah lepas dari kegiatan keagamaan. Warga menjalankan yadnya bertepatan Saniscara Kliwon Wayang (Tumpek Wayang) di penghujung Tahun 2016, Sabtu (31/12/2016).
Terlihat sejak pagi hari serentak para warga masyarakat Banjar Kaliungu Kelod mengenakan pakian adat kepura bernuansa putih, dikarenakan para warga sedang melaksanakan karya Melaspas Bale Banjar dan Bale Kulkul serta serangkaian Piodalan di Pura Puncak Sari Banjar Kaliungu Kelod.
Kegiatan dihadiri Wali Kota Denpasar IB. Rai Dharmawijaya Mantra sekaligus meresmikan Bale Banjar Kaliungu Kelod dengan penandatanganan prasasti. Hadir pula Ketua DPRD Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Kabag Kesra Setda Kota Denpasar IGN Bagus Mataram serta undangan lainnya.
“Kami percaya banjar tidak ada yang miskin, segala sesuatu dapat diwujudkan kalau kita sudah bersatu,” tegasnya. Persatuan dalam wadah budaya dan agama dilakukan sebagai rasa menyama braya dalam konsep dikehidupan warga masyarakat Banjar Kaliungu Kelod serta banjar-banjar lain yang turut mendukung tersebut.
Wali Kota IB. Rai Dharmawijaya Mantra mengapresiasi antusiasme warga masyarakat Banjar Kaliungu Kelod dalam melaksanakan upacara yadnya. Ia berharap dengan terselenggaranya upacara ini rasa persatuan dan rasa bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi semakin meningkat. (gek)
