Denpasar – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, perekonomian daerah mencatatkan pertumbuhan yang solid sebesar 5,52% secara tahunan (year-on-year, yoy) pada Triwulan I 2025.
Capaian ini menunjukkan peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,19% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, R. Erwin Soeriadimadja, menekankan kinerja ekonomi Bali melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 4,87% (yoy), menempatkan Bali pada peringkat ke-8 pertumbuhan tertinggi di tingkat nasional.
“Ketahanan dan potensi ekonomi Bali yang tercermin dalam pertumbuhan ini menjadi indikator krusial dalam menghadapi gejolak ekonomi global dan domestik,” katanya dalam keterangan tertulis Rabu 14 Mei 2024.
Dari sisi permintaan agregat, pertumbuhan ekonomi Bali pada periode ini terutama didorong oleh ekspansi konsumsi rumah tangga yang signifikan, mencapai 5,31% (yoy). Peningkatan ini sejalan dengan tren peningkatan penjualan listrik pada segmen residensial serta peningkatan konsumsi pada kelompok makanan dan minuman, yang dipengaruhi oleh momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Nyepi dan Idulfitri. Selain itu, konsumsi pemerintah juga mencatat akselerasi yang kuat sebesar 13,47% (yoy), didukung oleh peningkatan belanja pegawai seiring dengan penyaluran Tunjangan Hari Raya (THR) pada bulan Maret. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi juga tumbuh positif sebesar 5,13% (yoy), yang didukung oleh realisasi investasi baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tertahan oleh perlambatan kinerja ekspor luar negeri yang tumbuh sebesar 6,51% (yoy), seiring dengan normalisasi kunjungan wisatawan mancanegara setelah periode pemulihan yang kuat. Selain itu, kinerja Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami kontraksi sebesar -19,04% (yoy), yang dipengaruhi oleh normalisasi belanja barang dan jasa pasca perhelatan pilkada serentak.
Dari perspektif penawaran atau lapangan usaha (LU), akselerasi pertumbuhan ekonomi Bali didukung oleh kinerja beberapa sektor utama. Sektor Administrasi Pemerintahan mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 19,86% (yoy), terutama didorong oleh penyaluran THR. Sektor Pertanian juga mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi 5,21% (yoy), yang didukung oleh pergeseran musim panen raya tembakau yang lebih awal dibandingkan tahun sebelumnya. Lebih lanjut, sektor Transportasi dan Pergudangan (Transgud) juga mencatat akselerasi, didukung oleh peningkatan jumlah keberangkatan penumpang internasional melalui Bandara I Gusti Ngurah Rai serta peningkatan volume penumpang pada penyeberangan ASDP di Gilimanuk, Padangbai, Klungkung, dan Sanur-Nusa Penida.
Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Bali yang lebih tinggi tertahan oleh perlambatan kinerja sektor Akomodasi yang tumbuh sebesar 7,47% (yoy), dipengaruhi oleh penurunan rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang menjadi 52,84% pada Triwulan I 2025, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 62,56%. Sektor Konstruksi juga mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi 2,15% (yoy), yang disebabkan oleh terbatasnya pembangunan proyek baru.
Ke depan, Bank Indonesia memproyeksikan bahwa ekonomi Bali pada Triwulan II 2025 akan mempertahankan momentum pertumbuhan yang kuat, didukung oleh Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha, perayaan Galungan-Kuningan, serta dimulainya proyek-proyek konstruksi sesuai dengan pipeline tahun 2025.
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang inklusif dan berkelanjutan, diperlukan pengembangan dan penguatan sektor pariwisata dan hospitality melalui percepatan implementasi travel pattern, pengembangan quality tourism yang berfokus pada peningkatan kualitas destinasi dan diversifikasi menuju wellness tourism, serta penguatan kegiatan Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions (MICE) baik dari sektor pemerintah maupun swasta. Lebih lanjut, strategi untuk mendorong peningkatan produktivitas sektor pertanian dan hilirisasi guna mendukung swasembada pangan perlu terus diperkuat. Pengendalian inflasi melalui sinergi strategis Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) juga menjadi prioritas, melalui dukungan ekosistem ketahanan hulu-hilir, efisiensi distribusi komoditas pangan strategis, dan penguatan data neraca pangan.
Berbagai upaya tersebut memerlukan dukungan melalui perluasan konektivitas dan pengembangan infrastruktur, peningkatan dukungan investasi dan pembiayaan, serta pengembangan inovasi digital dan perluasan digitalisasi ekonomi. Melalui kolaborasi dan sinergi yang berkelanjutan dengan pemerintah pusat dan daerah, pelaku ekonomi lokal, serta berbagai pemangku kepentingan, Bank Indonesia berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Bali yang hijau, tangguh, dan sejahtera. Sinergi strategis ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Bali yang inklusif dan berkesinambungan, serta meningkatkan daya saing perekonomian baik di tingkat nasional maupun global