Denpasar Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali I Made Rentin meminta warga tidak panik terkait potensi terjadinya gempa megathrust. Sebab, gempa bisa terjadi di seluruh belahan dunia. Menurutnya, posisi Pulau Bali yang berada di jalur cincin api atau ring of fire rentan terdampak gempa.
“Pertama adalah don’t panic. Karena potensi gempa itu terjadi hampir di seluruh wilayah dunia. Apalagi Indonesia, lebih-lebih Bali, berada di dalam ring of fire,” kata Made Rentin seusai menghadiri peringatan HUT ke-79 RI di Denpasar, Sabtu 17 Agustus 2024.
Rentin mengungkapkan simulasi kebencanaan menjadi kunci untuk menghadapi gempa. Melalui simulasi, dia berujar, masyarakat dapat mengetahui strategi penyelamatan diri.
Menurut Rentin, masyarakat yang panik kerap berlari berbondong-bondong untuk menyelamatkan diri saat gempa terjadi. Padahal, Rentin melanjutkan, hal tersebut tidak direkomendasikan.
Rentin menyarankan warga dapat menunggu di tempatnya masing-masing untuk sementara waktu saat merasakan gempa. Setelah getaran gempa hilang, masyarakat dapat keluar gedung dan berkumpul di titik kumpul atau assembly point.
“Yang biasa terjadi, terutama anak sekolah, mereka justru berhamburan berlari. Ini tidak direkomendasikan oleh kami para petugas,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, dia berujar, telah menjalankan program Hari Simulasi Bencana sejak 2019. Kegiatan yang melibatkan masyarakat umum maupun instansi pemerintahan di Bali tersebut
digelar setiap bulan pada tanggal 26.
Selain itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah meluncurkan aplikasi inaRISK Personal. Rentin menjelaskan aplikasi tersebut berisi informasi terkait tingkat bahaya suatu wilayah hingga rekomendasi aksi yang dapat dilakukan sebagai langkah antisipasinya.
“Dengan harapan bisa mengambil langkah-langkah mempersiapkan diri. Karena esensi disaster management adalah penyelamatan dan keselamatan jiwa manusia,” pungkasnya.
Sebelumnya, Guru Besar Bidang Geodesi Gempa Bumi Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, mengatakan gempa megathrust biasanya terjadi di zona pertemuan antara lempeng. Di Indonesia, zona ini berada di pantai barat Aceh, Sumatera Utara, dan pantai barat Sumatera Barat.
Kemudian menuju Selat Sunda, bagian selatan Pulau Jawa, Bali, hingga ke wilayah Lombok bagian selatan. “Selatan Bali pun termasuk zona yang berpotensi menghasilkan gempa megathrust,” Irwan, Jumat 16 Agustus 2024.
Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu menjelaskan megathrust berarti gempa dengan nilai skala magnitudo di atas 8 dengan mekanisme sesar naik. Kendati demikian, Irwan mewanti-wanti agar informasi tersebut tidak disalahartikan publik. Ia menegaskan informasi tersebut disampaikan agar masyarakat mulai mempersiapkan diri.
Irwan menghindari menggunakan istilah prediksi terkait waktu terjadinya gempa megathrust. Menurutnya, para peneliti lebih condong menggunakan istilah estimasi potensi.
“Saya khawatir disalahartikan Bali akan terjadi gempa. Semangatnya bukan begitu. Semangatnya potensi itu ada dan mari kita sama-sama mempersiapkan diri. Bukan kemudian membuat masyarakat panik. Harapannya kalau bisa jangan terjadi,” tutupnya.***