Bangsa Uighur Mengalami Penyiksaan Brutal Hingga Tewas, Ungkap Mantan Polisi China

11 Oktober 2021, 21:17 WIB

Ilustrasi/Dok. Photo by Brodie Vissers Burst

Xinjiang – Bangsa Uighur banyak mengalami penyiksaan brutal hingga ada yang tewas di kamp-kamp yang dinamakan re-education camp di Xinjiang China.

Penyiksaan yang brutal terhadap bangsa Uighur ini diungkap oleh mantan polisi  Xinjiang yang menyeberang dan tak mau disebutkan identitasnya, hanya disebut Jiang.

Jiang mengatakan bahwa dirinya sempat menjadi tentara sebelum bekerja sebagai detektif di kantor keamanan setempat.

Menurut Jiang,  pernah sebanyak 500 orang tahanan bangsa Uighur diangkut kereta api menggunakan kereta barang dengan satu gerbong barang berisi lebih dari 100 orang.

Para tahanan bangsa Uighur tersebut diambil dari berbagai daerah kemudian dikirim ke re-education camp di Xinjiang.

Para tahanan Uighur ini diangkut dengan kepala ditutup serta dua orang diborgol jadi satu. Dua polisi ditugaskan menjaga setiap satu tahanan Uighur.

“Kami mengangkut mereka, menutup mata kepalanya, dengan dua orang diborgol untuk mencegah mereka melarikan diri,” kata Jiang dikutip dari Sky News, 11 Oktober 2021.

Selama perjalanan menuju Xinjiang yang memakan waktu dua hari para tahanan Uighur tidak diperbolehkan pergi ke toilet.

Para tahanan Uighur juga tidak diberi makan maupun minum selama perjalanan, kecuali hanya diberi air pakai tutup botol sekedar untuk membasahi bibir.

Jiang menunjukkan video tahun 2019 berupa tahanan Uighur yang diangkut menggunakan kereta barang dari berbagai sentra tahanan, terlihat dari seragam yang mereka gunakan, menuju sentra fasilitas yang lebih besar.

Dia menggambarkan cara-cara brutal yang digunakan oleh polisi dan para penjaga kamp.

Dalam kasus-kasus politik yang dianggap membahayakan rezim, maka mereka akan disiksa dengan pemukulan guna bisa mengungkap nama-nama lain yang terlibat.

Dia mengatakan orang-orang di Xinjiang hidup di bawah pengawasan secara terus-menerus, baik secara fisik maupun via digital.

Jiang mengatakan Xinjiang diawasi layaknya masa perang ketika dia ditempatkan di sana pada tahun 2018.

“Ketika saya sampai di sana, lebih dari 900.000 orang telah ditahan karena berbagai alasan sepele seperti mengatakan sesuatu yang salah. Mereka dikirim ke pusat re-education camp agar bisa dikendalikan,” ujar Jiang.

Sementara itu juru bicara pemerintah Xinjiang Elijan Anayat mengatakan apa yang disampaikan Jiang merupakan tuduhan palsu, dan tidak mungkin terjadi.

Sky News telah meminta komentar pemerintah China terkait tuduhan Jiang tersebut, namun tidak memperoleh jawaban.

Jiang meninggalkan China pada tahun 2020 dan dia telah kecewa dengan pemerintahan komunis sebelum masuk Xinjiang. (*/fda)

Artikel Lainnya

Terkini