Banyak Dukungan, DMI Rancang TV Muslim Pertama di Indonesia

24 November 2018, 15:35 WIB
IMG 20181124 161833
Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Syafruddin memaparkan progress program dan kelembagaan dalam Rakernas DMI di Jakarta/foto: istimewa

JAKARTA – Dewan Masjid Indonesia (DMI) sedang merancang sebuah stasiun televisi muslim pertama di Indonesia setelah mendapat dukungan dari banyak pihak. Waketum DMI Syafruddin mengungkapkan, pesatnya perkembangan peradaban Islam yang terjadi saat ini menjadi tanggung jawab generasi muda muslim.

Wakil Ketua Umum DMI Syafruddin dalam paparannya di acara Rakernas I DMI mengatakan telah menyiapkan generasi muda dan kelompok remaja masjid agar mampu berperan dan menjadi pondasi di era digital saat ini.

Pondasinya ini terletak di generasi muda. Tidak ada perbedaan di DMI semuanya sama agar berkembang dengan baik dan membuat inovasi dan berkontribusi pada perkembangan Islam,” ucap Syafruddin saat memaparkan Progres Program dan Kelembagaan dalam Rapat Kerja Nasional DMI di Jakarta, Sabtu (24/11/2018).

DMI telah memasukan teknologi informasi dan digital dalam 10 program unggulan untuk menjawab tantangan era digital dan revolusi indutri 4.0. Bahkan organisasi terbesar yang mengurusi masjid di Indonesia ini telah memiliki aplikasi sendiri.

Selain itu, kata Syaruddin, DMI berencana meluncurkan tv muslim pertama di Indonesia. “Fokus ke depan adalah TV DMI yang sedang kita gagas, karena sudah banyak hamba Allah yang mau membantu,” katanya menegaskan.

Menurutnya, organisasi generasi muda di bawah DMI seperti BKPRMI, PRIMA, dan ISYEF akan memiliki peran besar untuk kemakmuran umat. DMI harus menyikapi dengan tepat menghadapi dinamika perubahan yang terjadi begitu cepat.

“Transformasi dan berinovasi adalah jawabannya,” kata Syafruddin yang juga Menteri PAN-RB ini. Dijelaskan, tujuan Rakernas I DMI ini adalah penguatan organisasi agar percepatan implementasi 10 program unggulan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Maka penting membangun kesamaan visi dan misi seluruh pengurus DMI baik di tingkat pusat maupun daerah. Pihaknya, mengingatkan setiap pengurus untuk tidak memanfaatkan DMI Untuk kepentingan politik.

“Jangan membawa rumah Allah untuk berafiliasi politik, walaupun di dalam DMI ini warna-warni, ada yang dari kalangan birokrat, nasionalis, dan agamis,” ujarnya. DMI menurut Syafruddin, hanya berbicara aspek strategis taktis dan teknis penajaman program demi memakmurkan dan dimakmurkan masjid.

Organisasi ini harus dapat menjadikan Indonesia sebagai contoh keberlangsungan kemajuan peradaban Islam sebagai negara dengan jumlah penduduk Islam terbesar di dunia.

Syafruddin mengambil dirinya sebagai contoh. Sehari-hari, ia adalah seorang Menteri di Kabinet Kerja saat ini. “Saya memang punya afiliasi di luar sebagai pemerintah. Tapi genggaman tangan pemerintah tidak boleh saya bawa ke masjid,” katanya. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini