Batan Kembangkan Teknologi Iradiasi untuk Awetkan Makanan

25 November 2014, 09:46 WIB

KabarNusa.com – Badan Atom Teknologi Nasional (BATAN) terus mengembangkan teknologi canggih seperti teknologi iradiasi yang bisa mengawetkan makanan olahan lebih lama.

Sejatinya, teknologi ini sudah diterapkan sejak lama, sekira 30 tahun lalu digunakan oleh BATAN.

“Hanya terkendala pada pemasaran saja,” kata Kepala Batan Djarot Sulistio usai membuka Seminar “One Day International Seminar and First Coordination Meeting of IAEA on Suporting Food Irradiation Technology to Ensure The Safety and Quality of Meals for Immunocompromised Patients and Other Target Groups, di Kuta, Senin (24/11/2014).

Ia mengungkapkan, saat ini lembaganya tengah mensosialisasikan penggunaan bahan makanan dengan menggunakan teknologi iradiasi.

Adapun, jenis bahan makanan yang sudah dilakukan uji coba menggunakan alat yang disebut iradiator.

Teknologi iradiasi bisa digunakan pada bahan makanan seperti makanan rendang yang diawetkan, pepes ikan, buah, beras dan lain-lain.

Lewat teknologi iradiasi makanan yang diawetkan bisa tahan lama hingga berbulan bulan bahkan bertahun- tahun.

“Tentara bisa memanfaatkannya, juga untuk korban bencana maupun untuk traveling di daerah tertentu yang sulit mendapatkan makanan, ” ujarnya,

Dengan teknologi iradiator kualitas bahan makanan tetap bagus karena idak ditambah bahan kimia jadi aman dan tanpa mengurangi rasa.

Proses produksinya mudah, obat dikenai bahan makanan yang kualitas usianya pendek, namun bisa tahan lama karena dia membunuh mikroorganisme.

Ia memastikan bahan makanan yang terkena teknologi iradiasi aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

“Kami pakai cukup lama, gk papa-papa, kelinci percobaan pegawai BATAN, biasanya masyarakat khawatir jangan-jangan,” selorohnya.

Yang dikhawatirkannya justru buah supermarket dari Tiongkok mengandung radiasi.

Sejauh ini, kini pihaknya kesulitan memasarkan produk yang diiradiasi.

Selain terkendala pemasaran untuk mensosialisasikan produk tersebut dibutuhkan biaya yang sangat besar.

 Disinggung soal, anggaran untuk melakukan  riset di BATAN saja hanya Rp719 milyar lebih kecil dibandingkan lembaga kementerian yang ada.

Untuk APBN 2015 pihaknya bersyukur mengalami peningkatan menjadi Rp819 milyar.

Anggaran riset sedikit rp719 milyar bandingkan dengan trilyunan di beberapa kementrian.

“Ini dana ini 40 persen gaji pegawai dan 60 persen sisanya untuk penelitian,” katanya.

Sementara itu, kami hanya punya satu iradiator, satunya di swasta, iradiator ini harganya Rp70 -Rp80 miliar.

Karena itu, kita mendorong BATAN bukan lembaga komersial disini swasta yang bergerak dibantu pemerintah.

Anggaran riset sedikit 719 milyar bandingkan trilunan di beberapa kementrian 60 persen untuk gaji sisanya untuk kepentingan penelitian. (rma)

Berita Lainnya

Terkini