DENPASAR – Sebagai salah satu destinasi pariwisata kenamaan di Bali Desa Sanur, Denpasar Selatan mampu menekan angka kemiskinan lewat penguatan lembaga adat dan melestarikan adat dan budaya masyarakatnya.
Desa Adat Sanur dipilih sebagai ajang pembelajaran para peserta Forum Pengentasan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat alias IPEC 2014. Minggu (16/11/14). Ketua Yayasan Pembangunan Sanur (YPS) Ida Bagus Gede Sidharta Putra, menyebut ada keistimewaannyta karena bagi Denpasar.
Sekira 75 persen pajak hotel dan restorannya disumbang Sanur. “Karena itu setiap ada pembahasan Peraturan Kota pasti kami dilibatkan,” ujarnya.
Sanur sendiri merupakan daerah dengan populasi penduduk sekitar 35 ribu jiwa. Terbagi menjadi 3 kelurahan yakni Kelurahan Sanur, Sanur Kauh dan Sanur Kaja. Hampir 65 persen penduduknya bermata pencaharian dari potensi pariwisata.
“Pada tahun 1963 revolusi pariwisata dimulai, pertama hotel berdiri Bali Beach, sekarang di Sanur ada 40 hotel bintang dan non bintang, dengan kapasitas 6000 kamar,” jelas Gus De. Pada tahun tahun 1965, mereka mendirikan YPS yang sifatnya non profit oriented sehingga pekerjanya volunteer semua.
Menurutnya pemilihan kawasan Sanur sebagai kawasan pariwisata bukanlah pilihan masyarakat Sanur. “Orang luar yang memilih, mana ada tahun 1920-an yang mengklaim diri sebagai daerah pariwisata, karena budaya dan art, dan kalau pantai saya rasa tempat lain bagus-bagus,” ujarnya.
Yang menjadi spirit berbeda adalah kehangatam sikap masyarakat Sanur dan keunikan budayanya. “KIta menjaga untuk upaya pengentasan kemiskinan,” tegasnya usai Diskusi yang bertajuk “Memutus Mata Rantai Kemiskinan Belajar dari Kearifan lokal Bali”. (rhm)