![]() |
Ketua Forum Alumni Bali (FAB) Nyoman Sudiantara saat syukuran kelancaran Pilpres 2019 di Kubu Kopi, Denpasar |
Denpasar – Penggunaan isu agama yang berujung menguatnya radikalisme saat perhelatan Pilpres 2019 harus menjadi perhatian semua pihak untuk mengambil langkah-langkah penanganan yang dimulai dunia pendidikan hingga pers.
Hal tersebut diingatkan Ketua Forum Alumni Bali (FAB) I Nyoman Sudiantara, saat syukuran atas lancarnya pemilu di Bali, Forum Alumni Bali (FAB) di Kubu Kopi, Denpasar akhir pekan lalu.
Diketahui, Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan Prabowo Subianto memastikan kembalinya Joko Widodo (Jokowi) menjadi presiden kembali.
“Kami menggelar syukuran ini untuk menyatukan kembali kita semua dan melihat ke depannya apa yang harus dikerjakan ke depannya untuk membantu Pak Jokowi,” kata Ketua FAB Nyoman Sudiantara, Sabtu (29/6) malam.
Forum alumni menghimpun para aktivis alumni SMA/SMK se-Bali yang dalam masa kampanye Pilpres 2019 sempat menggelar acara untuk mendukung pasangan 01, Jokowi-Amin.
Usai Pilpres, pengacara yang akrab disapa Ponglik itu, juga sempat bertemu Jokowi bersama dengan alumni dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Sesuai pesan Jokowi, salah-satu masalah berat yang akan dihadapi adalah menguatnya radikalisme sering dengan penggunaan isu agama dalam Pilpres.
Virus itu bahkan sudah menyebar di kalangan aparat negara dan perguruan tinggi. Karena itu dalam dialog yang diikuti oleh kalangan aktivis di Bali, mahasiswa serta komponen masyarakat lainnya, Ponglik menyampaikan draft usulan penanganan radikalisme.
Draft antar lain menyebut, radikalisme harus ditangani sejak di dunia pendidikan, komunitas dan ruang publik, termasuk media. Akademisi Dr Luh Riniti Rahayu meminta agar peran keluarga dan khususnya kaum ibu mendapat perhatian.
“Mereka yang sejak dini menanamkan toleransi, kalau sejak awal didoktrin intoleran akan tertanam pula hingga dewasa,” tegas aktivis Forum Perempuan Lintas Agama (Forpela) ini.
Dikatakan Riniti, dalam masa Pilpres juga terbukti, terbukti, tak sedikit perempuan yang aktif menyebarkan hoaks karena sangat mudah tersebar di media sosial. (rhm)