Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho memberikan sambutan pada Capacity Building Media 2021 di Singaraja yang diikuti 31 media online, cetak dan elektronik/Dok.Kabarnusa |
Singaraja – Semua komponen baik pemerintah, swasta dan masyarakat lainnya diharapkan turut mendukung kesiapan pembukaan pariwisata Bali untuk menerima kedatangan wisatawan mancanegara pada 14 Oktober 2021.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menegaskan hal itu dalam Capacity Building Media 2021 di Singaraja yang diikuti 31 media online, cetak dan elektronik.
Kegiatan tahunan BI Bali turut dihadiri Deputi Kepala Perwakilan Rizki Ernandi Wimanda dan Kepala Unit Kehumasan Kantor Perwakilan BI Bali, Remon Samora yang berlangsung Kamis-Sabtu atau 7-9 Oktober 2021 di The Lovina Bali.
Setelah pandemi Covid-19, yang berlangsung lebih dari satu setengah tahunan ini, berbagai upaya serius penanganan telah dilakukan semua stakeholder dengan optimal.
Hal itu terbukti dengan membaiknya penanganan kasus Covid-19 mengalami tren penurunan kasus positif Covid-19 semakin meningkatnya angka kesembuhan pasien Covid19.
Demikian juga, upaya mempersiapkan diri menyambut pembukaan parwisata Bali telah dilakukan cukup baik dari industri pariwisata, perbankan dan sektor ekonomi lainnya dengan penerapan protokol kesehatan ketat termasuk penerapan sistem pembayaran digital atau QRIS.
“Penggunaan QRIS semakin meningkat di merchant-merchant, kami optimistis sampai akhir tahun ini bisa sesuai target,” imbuh Trisno.
Tak lupa, Trisno meminta media turut membantu mendorong semua elemen masyarakat mendukung upaya Gubernur Bali Wayan Koster dalam mempersiapkan pembukaan Wisatawan Mancanegara yang akan menjadi momentum bagi Perekonomian Bali untuk bangkit kembali.
Dalam kegiatan yang diisi pula diseminasi hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Triwulanan dan juga kunjungan ke UMKM binaan Bank Indonesia.
Dalam kesempatan itu Kepala Biro Antara Bali Eddy Yakub turut menjadi pembicara mengingatkan media dalam mengangkat isu-isu penting agar secara cerdas mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas bagi Bali.
“Teman-teman harus berhati-hati dalam tiga hal isu menyangkut konflik, bencana dan parwisata karena dampaknya sangat besar bagi Bali,” katanya mengingatkan.
Demikian juga sebaliknya dalam menuliskan fakta-fakta di lapangan agar tetap mencari sumber-sumber kompeten dan memberikan solusi atas berbagai persoalan yang terjadi.
Posisi Bali ini sangat penting dan sentral dalam sektor kepariwisataan di Indonesia sehingga media harus mempertimbangkan betul, dalam mengangkat isu-isu yang bisa berdampak negatif bagi parwisata di Pulau Seribu Pura.
Secara khusus Eddy juga meminta para pejabat publik cepat merespon isu-isu penting ekonomi dan pariwisata agar tidak berkembang semakin liar
Apalagi, perkembangan media sosial yang demikian cepat harus diantisipasi oleh para pimpinan pemangku kepentingan dengan baik.
“Media juga berperan penting dalam menyajikan berita yang akurat memberi konter, meluruskan jika terdapat berita isu-isu tidak benar di masyarakat,” imbuhnya.
Pembicara lainnya Kepala Biro Bisnis Indonesia Bali Feri Kristianto melihat masing-masing media memiliki kebijakan redaksi yang berbeda dalam menurunkan pemberitaan.
“Teman-teman Humas di pemerintahan, instansi seperti Bank Indonesia harus memahami risiko-risiko pemberitaan media,” tutur Feri.
Dia juga menekankan pentingnya jurnalisme yang berbasis data sebagai rujukan dalam penulisan di media.
Banyak bahan atau data-data seperti laporan dari Bank Indonesia yang bisa diakses di website menyangkut perekonomian, inflasi dan lainnya yang dapat dipakai bahan atau bisa dikembangkan sebagai tulisan yang mencerahkan dan bermanfaat bagi publik.
“Yang penting data-data bahan itu diterjemahkan dalam bahasa-bahasa yang mudah dipahami pembaca atau masyarakat,” Feri menjelaskan. (rhm)