![]() |
Coffee Morning dan Silaturhami BPS Bali dan media |
DENPASAR – Masih banyak masyarakat yang belum memahami data-data yang disajikan oleh Badan Pusat Statitik (BPS) sehingga perlu terus dikenalkan bagaimana semua jenis data tersebut tersajikan secara benar dan tidak menyesatkan.
Kepala BPS Bali Adi Nugroho menegaskan hal itu, di depan awak media dalam Coffee Morning bersama media di Renon, Denpasar, Jumat (8/12/2017).
Dikatakan Adi, masyarakat luas termasuk kalangan media, perlu mengenal bagaimana jenis data strategis BPS, konsep dan definisinya. Dengan memaknai statistik dan menyajikan informasi publik dengan benar maka akan muncul pemahaman yang sama dalam melihat data BPS.
Statistik bukan hanya persoalan angka demi angka seperti dalam data grafik. Statistik itu mesti juga dilihat latar belakangnya. “Sesungguhnya data statistik itu unik, jadi perlu dibangun koordinasi antara BPS dan media dalam membentuk persepsi,” sambungnya.
Diketahui, semua informasi yang disajikan media merupakna informasi yang sifatnya di permukaan mudah dipahami. Sementara, informasi dari sisi BPS yang berbentuk data sehingga ditampilkan tidak kasat mata.
Adi mencontohkan seperti data-data inflasi, pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, surplus, defisit, semua tidak bisa dilihat jika tidak merujuk pada data.
Ketika berbicara inflasi, jarang masyarakat bisa memahami. Karena tidak memiliki persepsi sehingga kerap menimbulkan polemik, hingga menjadikan suasana memanas dan bisa saling serang antara pihak satu dengan lainnya.
Karenanya, berangkat dari itulah diperlukan sinergitas antara media dan BPS sehingga nantinya semua potensi atau kemampuan yang disajikan bisa membawakan informasi dari bawah ke permukaan secara mudah dan jelas dipahami publik
Dengan kapasitas memadai dimiliki media, informasi tersaji dalam bentuk beberapa indikator yang bisa didapatkan dan diketahui publik maupun stakeholder yang berkepentingan. “Perlu teman-teman media bisa lebih diperdalam bagaimana membaca data BPS,” harapnya. (rhm)