Ubud – Junior Chamber International (JCI) Bali kembali meneguhkan perannya sebagai wadah pengembangan pengusaha muda dengan menggelar Brotherhood Camp 2025 pada 22–24 Agustus di Toya Ubud Ecopark and Waterfall.
Selama tiga hari, puluhan peserta yang mayoritas berusia di bawah 40 tahun, yang di antaranya dari Jepang, ditempa dalam aspek kepemimpinan, kewirausahaan, hingga ketahanan mental.
Deputy Local President JCI Bali Eka Arismana menjelaskan kegiatan ini dirancang bukan sekadar untuk membangun jaringan bisnis, melainkan juga untuk mengasah karakter pemimpin muda.
“Kami ingin peserta belajar langsung dari pengalaman nyata para pengusaha dan senior JCI, sehingga mereka siap menghadapi tantangan dunia usaha,” katanya, Sabtu 23 Agustus 2025.
Menurut Eka, yang dijadwalkan memimpin JCI Bali pada 2026, Brotherhood Camp menitikberatkan pada empat pilar organisasi yakni pengembangan individu, pengembangan komunitas, peluang bisnis, dan hubungan internasional.
Selain itu, ada Dede Sucahya yang membahas topik membangun merek dalam peluang pasar yang unik, Komang Putri Pratiwi mengenai analisis warna, serta I Made Sumerte yang memberikan pengalaman berjalan di atas beling atau pecahan kaca (glass walk experience).
Eka mengatakan, dari para narasumber peserta mendapatkan wawasan tentang bagaimana menumbuhkan nilai-nilai kewirausahaan, mengasah leadership, komunikasi, pendelegasian wewenang, serta manajemen.
“Selama tiga hari peserta camp mendapat masukan dari pembicara hebat di bidangnya masing-masing dan bagaimana teman-teman pengusaha muda ini harus tahan ditempa secara fisik, mental, maupun keorganisasian,” ujar Eka.
Ia menambahkan, hasil dari Brotherhood Camp 2025 tidak berhenti di Bali saja. Pengalaman dan pembelajaran yang diperoleh akan dibawa ke ajang internasional, yakni JCI Asia Pacific di Tokyo, Jepang, serta World Congress JCI di Manila, Filipina, tahun depan.
Pemilik Toya Group I Ketut Mardjana mengatakan sebagai generasi pendorong dirinya sangat mengapresiasi kegiatan para pengusaha muda yang memiliki berbagai gagasan dari beragam disiplin ilmu dan usaha yang dapat saling berkolaborasi.
“Kolaborasi sangat penting karena dapat menjadi kekuatan luar biasa untuk mendorong lini bisnis mereka,” kata Mardjana, mantan Dirut PT Pos Indonesia.
Mardjana juga mengisahkan perjalanan usahanya yang diawali dengan filosofi Tri Kaya Parisudha, bahwa jika kita berpikir dan bertindak positif maka hasilnya akan baik.
“Dulu ketika awal merintis Toya Devasya di Kintamani sekitar 1995, saya berniat baik dan optimistis, padahal jarak dari bandara saja 2,5 jam, siapa yang mau ke sana? Tapi kita harus berani dan yakin suatu ketika akan berhasil,” ujarnya.
Begitu juga saat membangun Toya Ubud Ecopark and Waterfall, Mardjana selalu berpikir positif agar usahanya memberikan dampak kepada masyarakat. Tempat itu kini menjadi destinasiyang cocok untuk camping, gathering , meeting dan dinner dengan tari-tarian, serta aktivitas outdoor lainnya.
Oleh karena itu, ia menjalankan kegiatan bisnis seiring sejalan dengan aktivitas sosial. “Kalau kita ingin bisnis yang berkelanjutan, gandenglah lingkungan kita,” tuturnya.
Pesan terakhir Mardjana kepada peserta Brotherhood Camp 2025: jangan takut mengambil risiko, dengan tetap mengelola pikiran positif agar risiko menjadi lebih ringan.***