![]() |
Istora Senayan Gelora Bung Karno, Jakarta/net |
JAKARTA – Perhatian publik kini tertuju pada Istora Senayan Gelora Bung Karno yang sejatinya bukan sekedar nama gedung yang bernilai bisnis namun memiliki sejarah nasional bahkan internasional.
“Ada ruh dan suluh-nya,” tutur pengamat sosial politik Arya Sandhiyudha Jumat 11 Mei 2018.
Diketahui, dalam waktu dekat akan terjadi perubahan nama dari Istora Senayan Gelora Bung Karno menjadi Blibli Arena sebagai bentuk penyambutan turnamen Indonesia Open 2018 yang akan berlangsung di tempat tersebut pada 3-8 Juli mendatang.
Alasannya, turnamen bulu tangkis kelas superseries tersebut kini disokong Blibli.com sebagai sponsor utama.
Selain pro-kontra yang datang dari Netizen, pengamat politik internasional Arya Sandhiyudha juga turut bersuara.
“Saya kira tidak perlu, karena Istora Senayan Gelora Bung Karno itu bukan sekedar gedung yang bernilai bisnis, tapi ia punya sejarah nasional bahkan internasional. Ada ruh dan suluh-nya,” kata Arya.
“Tahun lalu Bank Central Asia (BCA) sponsor juga tidak ada permintaan semacam begitu,” imbuhnya.
Peraih Doktor Bidang Hubungan Internasional dari Istanbul University, Turki ini mengatakan “istilah Istana Olahraga (Istora) sendiri punya ruh. Di Turki misalnya, Presiden Erdogan bahkan mengganti semua istilah Arena karena dalam cita-rasa bahasa-nya istilah tersebut lebih rendah. Apalagi untuk Kita Istora itu punya nilai sejarah internasional.”
Sandhiyudha menjelaskan “Istora ini bukan sekedar gedung bernilai bisnis, bahkan bukan sekedar tempat olahraga, tapi dia sudah jadi artefak sejarah.
Waktu dibangun 24 Agustus 1962 dan memiliki nama resmi Istana Olahraga Gelora Bung Karno, ada dua event internasional yang dapat membuat kita mengerti ruh dan nilai-nilai dari nama ini.”
Ia menuturkan, Istora GBK digunakan pertama pada saat upacara pembukaan Asian Games ke IV tahun 1962 di Stadion Utama Gelora Bung Karno yang dihadiri oleh lebih dari 110.000 orang.
Dalam pidatonya, Bung Karno mengatakan, peristiwa ini merupakan tonggak sejarah bagi Bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari Nation and Character Building, maupun dalam rangka pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Dalam event ini, Indonesia menolak kesetiaan Israel dan Taiwan. Inilah kenapa Saya sebut Istora GBK ini bukan sekedar gedung.”
“Setelah Indonesia dihukum dan Komite Organisasi Internasional (IOC) menangguhkan keanggotaan Indonesia, Bung Karno malah memutuskan mengajak 12 negara sahabat untuk merumuskan pembentukan Pesta Olahraga Negara-Negara Berkembang atau Games of the New Emerging Forces (GANEFO),” sambung peraih Master dari Nanyang Technological University, Singapore itu.
“Ini adalah event Olimpiade tandingan sebagai kelanjutan konsistensi sikap politik internasional Indonesia juga marwah Indonesia.”
Sandhiyudha kemudian mennyimpulkan, dalam nama istora GBK ada tiga nilai penting, pertama, pembangunan karakter bangsa. Kedua, semangat kemerdekaan dan anti penjajahan. Ketiga, penguatan hubungan internasional. Tak tergantikan dengan transaksional uang sebanyak apapun. (*)