CEO AIM Group : Properti Lesu, Dampak Menjamurnya Pembangunan Hotel

10 Agustus 2017, 21:50 WIB

DENPASAR – Maraknya pembangunan hotel dirasakan dampaknya oleh insan perhotelan di Bali, yang berakibat properti lesu. Salah satunya, Alaya International Management (AIM) Group.

CEO AIM Group, Jimmy Gunawan membenarkan mengenai situasi properti secara general memang lesu. Sehingga, ia menyarankan agar tidak berinvestasi ke hotel bintang 3 atau sekelasnya.

“Secara general hotel memang lesu, karena terlalu banyak hotel-hotel baru yang dibangun, cuma kalau kita telaah lagi lebih detail hotel dulu kan banyak market ya bintang 5, yang bintang 3 sangat lesu sudah jangan invest,” jelasnya kepada wartawan belum lama ini.

Dilanjutkan, karena resiko hotel bintang 5 turun saja masih ada, apalagi yang di bawahnya yang lebih beresiko besar.

Pria yang pernah tinggal di Australia ini menilai, salah satu penyebab kelesuan karena banyak pilihan tetapi jumlah tamu sama.Namun, ia melihat masih ada kesempatan di bidang Boutique accommodation dan disitulah pihaknya geluti.

Sementara di tengah keterpurukan properti, pihaknya malah menaikan target occupancy hingga 90+ persen. Hal itu ia akui, karena kesepakatan bersama dalam manajemen dan timnya yakin bisa mencapai itu.

“Target kami tinggi ya, jadi kita menargetkan di atas 90 persen itupun saat kita membuat budget target itu bukan keinginan saya sendiri tapi as a team. Kita termotivasi untuk mencapai yang lebih baik saya pikir tim kita sangat solid dan sangat positif,” ungkapnya sembari tersenyum.

Ia menambahkan, “untuk mencapai target itu pihaknya sangat optimis karena memiliki strategi dan taktik tertentu. Sementara hotel-hotel lain berlomba-lomba menjadi style western, pranciss”, imbuhnya. Namun, pihaknya lebih menonjolkan culture Indonesia.

“Kita nggak ada good morning, sir atau madam. Yang ada selamat pagi bapak, ibu, selamat sore karena kita berfikir tamu kesini mereka pasti ingin belajar sesuatu dan kita nggak pake banyak kok selamat siang, sore, malam, terimakasih, bapak, ibu.

Kita lihat juga di Thailand, ketika tamu masuk mereka langsung mengucapkan Swaadekka, mereka nggak peduli kita paham apa tidak,” tuturnya. Dalam kesempatan yang sama pria asal Surabaya ini mengatakan, pihaknya sebagai pemain dari sekian ribu itu tidak bisa tanpa bersinergi dengan pihak lain.

Harus berkolaborasi, bekerjasama dengan Bali secara kesatuan punya power terlebih untuk mempromosikan. “Karena kalau dipikir lebih besar lagi kita bukan melawan dengan hotel lain di sini, tetapi persaingan kita dengan destination lain seperti, Langkawi, Puket,” pungkasnya. (gek)

Berita Lainnya

Terkini