Badung – Menghadapi ancaman cuaca ekstrem dan potensi siklon tropis menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), XL Axiata East Region memperkuat infrastruktur jaringannya secara masif. Fokus utama perusahaan adalah memastikan layanan komunikasi tetap stabil meski terjadi pemadaman listrik akibat bencana alam atau gangguan cuaca.
Regional Group Head XL Axiata East Region, Dodik Ariyanto, mengungkapkan perusahaan telah memetakan wilayah rawan di sepanjang selatan Pulau Jawa, Bali, NTB, hingga NTT.
Sistem “Auto-Switch” dan Ketahanan Energi 4 Jam
Salah satu tantangan terbesar saat cuaca buruk adalah pemadaman listrik yang melumpuhkan Base Transceiver Station (BTS). Untuk mengantisipasi ini, XL Axiata menerapkan sistem cadangan energi berlapis.
Setiap BTS kini telah dibekali baterai dengan kapasitas minimal 4 jam penggunaan mandiri. Jika durasi pemadaman melampaui kapasitas baterai, sistem akan secara otomatis beralih ke genset melalui teknologi Automatic Transfer Switch (ATS).
“Sistem ATS kami memiliki kecepatan respons hingga 0,9 detik. Begitu baterai melemah, koneksi berpindah ke genset hampir tanpa jeda, sehingga pelanggan tidak akan merasakan gangguan sinyal,” ujar Dodik Ariyanto dalam keterangan resminya saat Media Update XLSMART 5G di Kuta Badung, 17 Desember 2025.
Pihaknya terus memonitor Real-Time melalui Network Operation Center (NOC)
Selain ketahanan fisik di lapangan, XL Axiata mengandalkan Network Operation Center (NOC) yang berbasis otomasi. Sistem ini berfungsi sebagai “otak” yang memantau setiap gangguan secara berkala dan otomatis.
Jika terjadi anomali pada site atau jalur fiber optic, sistem akan langsung mengirimkan notifikasi (dispatch) ke tim teknis di lapangan. Restrukturisasi pada level cluster juga dilakukan agar penanganan masalah di satu titik tidak mengganggu stabilitas jaringan di wilayah sekitarnya.
Keandalan sistem ini telah teruji pada insiden banjir yang melanda beberapa titik di Bali baru-baru ini. Meski terjadi pemadaman listrik di area terdampak, Dodik memastikan seluruh jaringan tetap available.
“Kemarin saat banjir di Bali, saya monitor terus. Hasilnya semua aman, variabel jaringan stabil karena sistem cadangan energi kita bekerja sesuai rencana,” tambahnya.
Menutup keterangannya, Dodik menyebutkan pihaknya terus berkoordinasi dengan BMKG terkait potensi Siklon Tropis.
Meski teknologi telah disiapkan, ia berharap upaya modifikasi cuaca dapat meminimalkan dampak badai dengan mengarahkannya ke wilayah lautan lepas.
“Secara infrastruktur dan teknologi, insya Allah kami siap. Namun, mari kita berdoa agar cuaca tetap bersahabat sehingga masyarakat bisa merayakan Nataru dengan nyaman,” pungkasnya. ***

