Standar keterukuran pengendalian tembakau sudah jelas: derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakatnya meningkat bukan sakit-sakitan karena rokok.
“Jadi rokok mahal itu sudah seharusnya dilakukan, tak perlu mencari-cari justifikasi untuk menunda kenaikan cukai rokok setiap tahunnya! Jangan lupa kita sedang berinvestasi untuk masa depan!,” kata Hasbullah Thabrany menegaskan.
Ketua PKJS UI, Aryana Satrya, menyampaikan paparan hasil penelitiannya yang menyebutkan naiknya cukai rokok serta penyederhanaan sistem cukai yang diikuti naiknya HJE bisa memotivasi perokok untuk berhenti merokoksehingga keuangan rumah tangga untuk pemenuhan gizi keluarga tidak lagi dikorupsi oleh pengeluaran untuk rokok.
Peringati Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Central Udayana Turun Lakukan Pembinaan KTR ke Restoran
“Keluarga lebih sehat dan angka stunting bisa terus ditekan, ” tukas Aryana Satrya.
Selain pada kesehatan, rokok juga berdampak buruk pada ekonomi keluarga, termasuk stunting hingga kemiskinan. Hasil studi PKJS-UI tahun 2020 menunjukkan selain faktor teman sebaya, seorang anak terdorong untuk merokok karena harganya yang murah.
“Kami melihat kenaikan cukai rokok mendukung pencapaian target RPJMN Pemerintah Republik Indonesia tahun 2024 untuk menurunkan prevalensi perokok anak menjadi 8,7%, serta menurunkan prevalensi stunting pada usia balita menjadi 19%,” imbuhnya.
Bupati Suwirta: Komitmen Pemerintah dan Larang Iklan Rokok Kunci Pengendalian Tembakau
Ketua Harian YLKI Tulus Abadi, menyatakan, kenaikan cukai rokok sebesar 12% adalah keniscayaan regulasi, yang patut diapresiasi, apalagi disertai dengan simplikasi (penyederhanaan) sistem cukai rokok.
Tulus Abadi menambahkan, secara paralel, agar pengendalian rokok dengan instrumen cukai itu benar-benar efektif untuk pengendalian konsumsi, makaharus disertai dengan upaya pengendalian dari sisi pemasaran rokok.
“Oleh karena itu, kami mendesak pemerintah agar melarang penjualan rokok secara ketengan, atau per batang (single stick sales), sebab penjualan rokok secara ketengan menjadi cara yang paling mudah bagi anak-anak dan remaja untuk
membeli rokok, ” demikian Tulus Abadi. ***