Denpasar – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat terjadi deflasi sebesar -0,39% (mtm) pada Agustus 2025 dimana angka ini menandai penurunan harga secara bulanan setelah pada Juli 2025 mengalami inflasi 0,32% (mtm).
Secara tahunan (year-on-year), laju inflasi Bali juga melandai, dari 3,16% pada Juli 2025 menjadi 2,65% pada Agustus 2025. Meskipun terkendali, angka inflasi tahunan Bali masih lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang berada di angka 2,31%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimaja, deflasi di Bali pada Agustus 2025 terutama dipengaruhi oleh penurunan harga pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.
“Penurunan harga ini terjadi seiring dengan meningkatnya pasokan di pasaran akibat panen,” ungkap Erwin Soeriadimaja dalam keterangan tertulis 1 September 2025.
Komoditas utama yang menyumbang deflasi adalah tomat, cabai rawit, daging babi, buncis, dan tarif angkutan udara. Namun, penurunan harga ini tertahan oleh kenaikan harga pada beberapa komoditas lain seperti bawang merah, biaya Sekolah Menengah Atas, beras, bahan bakar rumah tangga, dan pepaya.
Meskipun saat ini terkendali, ada beberapa risiko yang berpotensi memicu inflasi di masa mendatang.
Risiko tersebut antara lain tingginya permintaan barang dan jasa saat peak season kunjungan wisatawan mancanegara, kenaikan harga acuan minyak sawit mentah yang bisa memicu imported inflation, serta tantangan distribusi akibat perbaikan jalur utama Jawa-Bali.
Selain itu, cuaca ekstrem yang tidak menentu juga menjadi perhatian karena berpotensi mengganggu panen hortikultura dan kelancaran distribusi pasokan.
Menghadapi tantangan tersebut, Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Bali melalui implementasi strategi 4K:
Keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, komunikasi yang Efektif.
Sinergi juga diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang fokus pada peningkatan produktivitas pertanian dan pemanfaatan lahan tidur.
“Upaya ini melibatkan kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari petani, Perumda pangan, hingga sektor hotel, restoran, dan kafe (horeka),” imbuhnya.
Bank Indonesia optimis dengan langkah-langkah strategis ini, laju inflasi tahun 2025 akan tetap terjaga dalam rentang sasaran nasional sebesar 2,5% ± 1%.***