![]() |
Ketua Dekranasda Provinsi Bali Putri Suastini Koste/ist |
Denpasar – Agar bisa melewati masa pandemi Covid-19 para perajin perak
yang terdampak agar mengubah pola produksi dan pemasaran saat pandemi
Covid-19.
Perajin yang dulunya mampu menerima pesanan ratusan unit untuk satu model,
namun saat ini (pada masa pandemi Covid-19) mengalami penurunan menjadi
puluhan unit, dan bahkan satuan unit perak untuk satu model.
Ketua Dekranasda Provinsi Bali Putri Suastini Koster mengungkapkan hal dalam
dialog Apa Kabar UMKM (AKU Bali) dengan tema Bangkitnya Kerajinan Perak Bali
bersama Ketua APB (Asosiasi Perak Bali) I Nyoman Patra, Kamis (18/3/2021).
Putri melanjutkan, untuk meningkatkan ketertarikan generasi muda agar mau
meneruskan usaha produksi perak, perlu dilakukan perubahan sistem dan pola
pemasaran, yang nantinya akan berimbas pada kesejahteraan perajin.
“Perak merupakan kerajinan tangan yang memiliki kualitas terbaik di
mancanegara. Untuk tetap berkarya, perlu rasa optimisme sebagai kekuatan saat
ini,” tuturnya.
Dengan bermodalkan rasa optimisme dan memperkuat keyakinan, maka para perajin
IKM/UKM akan dapat berkreativitas dan mengembangkan ide-ide baru, dengan cara
menata hal baru di masa seperti saat ini.
Karena saat berbicara tentang kerajinan emas dan perak maka terlihat jelas
bahwa kerajinan kita memiliki kelebihan karya klasik sebagai warisan leluhur,
dan berharap para perajin akan mampu meregenerasi untuk ke depannya,” jelas
dia.
Ditegaskan Putri, melestarikan hal ini adalah tugas bersama karena Bali
memiliki ciri khas yang unik yang dituangkan pada karya kerajinan, sehingga
dapat menentukan produk dan menjaga kestabilan harga.
Untuk itu diperlukan kerja sama dan koordinasi antara pemerintah dengan
perajin UKM/ IKM, di mana perajin memiliki kewajiban dalam menata keteraturan
produksi dengan mempertahankan desain yang terbatas (limited edition).
Dengan kemauan yang tinggi, maka perajin perak harus mampu mempertahankan
karya dan kreativitas dalam menghasilkan karya yang unik dengan peningkatan
kualitas, peningkatan mutu dan bahan perak yang murni, Putri yakin UMKM perak
dapat mempertahankan sebutan Bali sebagai penghasil perak terbaik di dunia.
Agar tetap mempertahankan autentik atau identitas sebuah karya perak yang
diciptakan, maka seorang perajin harus tetap menciptakan karyanya yang
berpatokan dengan cerita atau sejarah leluhur yang menggambarkan karakter Bali
dan kental dengan nuansa sakral.
Jangan berpatokan bisnis semata, lantas kita abaikan tugas kita untuk
melestarikannya.
“Mari kita jauhkan dunia tipu-tipu apabila kerajinan itu terbuat dari perak
maka wajib bagi produsen bahkan seller untuk mengatakan perak, dan apabila
kerajinan tersebut terbuat dari alpaka maka penjual wajib mengatakan berbahan
alpaka, agar tidak merusak pasar dan menyebabkan kita kehilangan konsumen,”
tegas Putri.
Peran Dekranasda adalah menyampaikan produk produsen kepada konsumen, sehingga
dengan adanya Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) diharapkan mampu menjadikan
perajin semakin disiplin untuk menjaga hasil karyanya agar tidak ditiru oleh
perajin lain dan pihak lain yang ada di luar Bali.
Dengan pesanan yang banyak atau kuantitas yang banyak, maka generasi muda juga
akan tertarik untuk turut melestarikan dan mengembangkan kekayaan leluhur
dengan membenahi sistem dan pola yang nantinya akan berpengaruh terhadap
kesejahteraan
Dengan begitu, pekerjaan untuk meneruskan pelestarian leluhur akan dicintai
oleh generasi muda dan secara tidak langsung mereka juga akan bangga untuk
menciptakan karya seni yang lebih inovatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka pemerintah dengan perajin UKM/ IKM
harus bergandengan tangan untuk menyiapkan pasar, sarana prasarana,
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) sekaligus menguasai teknologi untuk
mempromosikan hasil produksinya.
Ketua Asosiasi Perak Bali (APB) I Nyoman Patra mengatakan bahwa gebrakan yang
luar biasa dari Ketua Dekranasda memberikan kesempatan bagi perajin untuk
melakukan gerakan baru, terutama pelaku UMKM dengan menyediakan tempat pameran
Bali Bangkit.
Karena pemetaan dunia menunjukkan Bali terimbas sangat besar akibat pandemi
Covid-19 yang setahun ini belum juga berakhir.
Dengan mengembangkan diri, maka dapat diyakini akan mampu membangkitkan hasil
perak untuk dunia, sehingga dukungan perajin dalam menciptakan karya yang unik
dengan kualitas dan bahan yang baik akan menjadikan UMKM perak Bali mampu
kembali bersaing di kancah internasional.
Tentunya dengan desain dan motif yang bervariasi ditambah pula dengan
menuangkan nilai seni leluhur di atas kerajinan perak akan lebih mengundang
penikmat perak dari segala penjuru belahan dunia.
“Prospek perajin perak dalam bersaing di kancah internasional memiliki peluang
besar, ditambah juga perak menjadi daya tarik yang saat ini mulai digunakan
oleh anak muda,” ujar Ketua APB I Nyoman Patra.
Selain emas, perak saat ini juga mampu menjadi sarana investasi, yang dapat
disimpan dalam bentuk batangan atau perhiasan.
Dengan demikian, perlu dilakukan penataan di bidang regulasi dan pembinaan,
karena pelestarian dan pengembangan akan memberi pengaruh baik bagi
kesejahteraan perajin. (rhm)