Dekranasda Prihatin Kain Endek Diproduksi Luar Daerah Dipasarkan ke Bali

Praktek pragmatisme bisnis batik di mana banyak kain endek khas Bali yang diproduksi di luar Bali kemudian dipasarkan ke Bali mengundang keprihatinan Dekranasda Bali.

30 Desember 2022, 08:42 WIB

Jakarta – Dewan Kerajinan Nasional Daerah ( Dekranasda) Bali prihatin dengan praktek pragmatisme bisnis batik di mana banyak kain endek khas Bali yang diproduksi di luar Bali kemudian dipasarkan ke Bali.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Putri Suastini Koster pada pembukaaan Pameran Kerajinan di Anjungan Bali TMII – Jakarta, Rabu 28 Desember 2022.

Putri Suastini Koster mengungkapkan kondisi tersebut terjadi sebagai dampak dari persaingan global dan bisnis yang pragmatis ini.

“Saat ini banyak ditemukan kain endek Bali yang ditenun bukan di Bali dan dipasarkan kembali di Bali,” ungkapnya.

Menurutnya sistem yang seperti itu hanya akan merugikan pengrajin dan masyarakat Bali.

Disebutkan, tiga kerugian bagi Bali, pertama penenun akan meletakkan alat-alat tenunnya karena kerjaannya sudah diambilalih.

Kedua pasar lokal akan diambil dan yang ketiga uang beredarnya keluar, tidak buat keuangan di daerah sendiri.

“Dan dari ketiganya ini lambat laun daerah kita akan kehilangan warisan leluhurnya,” katanya menegaskan.

Putri Koster mengajak seluruh komponen untuk mengembalikan idealisme dalam merawat dan menjaga warisan leluhur tersebut.

“Mari kita kembalikan idealisme kita. Darimana kita menjaganya? Tentunya dari daerah masing-masing,” ajak Putri Koster.

Dekranasda Bali mengungkap praktek pragmatisme bisnis batik yang mengancam kelangsungan usaha kain tradisional endek.

“Selaku Ketua Dewan Pengawas Kerajinan Daerah Bali tentunya melakukan pengawasan terhadap naik turunnya kondisi kerajinan yang juga akan berdampak pada kondisi perekonomian Bali”, ungkapnya.

Pada era tahun 80an kerajinan handycraft Bali sangat booming hingga dapat mensejahterakan pengrajin dan masyarakat Bali. Namun saat ini industri kerajinan Bali jalan di tempat.

Persaingan Global yang tidak terjaga dengan baik, asosiasi dan pelaku kerajinan itu sendiri akhirnya pelan-pelan menurunkan tangga kejayaannya.

“Apalagi ditimpa dengan bisnis yang pragmatis,” imbuh Bunda Putri, sapaannya.

Grand Launching pameran kerajinan ini merupakan kerja sama antara Dekranasda Provinsi Bali dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali serta Dinas Penghubung Provinsi Bali sebagai bentuk peran aktif Dekranasda Bali dalam perannya sebagai partner pemerintah untuk memajukan perekonomian bangsa melalui bidang kerajinan.

Pihaknya ingin semua daerah menjaga dengan baik. Saat ini, di Bali sedang mempersiapkan 334 hektar, Gubernur Bali sedang membangun Pusat Kebudayaan Bali.

Dimana nantinya di zona inti akan terdapat 15 panggung pertunjukan dan 12 museum tematik serta akan juga dibangun Bali International Convention Centre dengan kapasitas 25rb hingga 30rb orang.

Disamping juga akan dibangun Bali Expo yang diharapkan dapat menjadi Super Hub perdagangan global bagi kerajinan nusantara.

Dengan adanya pameran kerajinan di Anjungan Bali, TMII- Jakarta,. Putri Koster berharap dapat berimbas pada anjungan dari daerah lainnya serta berimbas pada kejayaan kerajinan nusantara seperti yang diharapkan bersama.

“Karena ketika pandemi kemarin IKM dan UMKM dari sektor kerajinan ternyata menjadi pelita di dalam kegelapan kita,” imbuhnya. ***

Berita Lainnya

Terkini