![]() |
Pertemuan Kepala Staf Kepresidenan RI, Dr. Moeldoko bersama 13 tokoh Gerakan Suluh Kebangsaan lainnya./istmewa |
Jakarta – Aksi mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat di Tanah Air belakangan ini dalam menyuarakan aspirasi hendaknya membuat Presiden Joko Widodo lebih peka terhadap kritik publik.
Hal tersebut disampaikan Alissa Wahid salah satu tokoh gerakan suluh kebangsaan saat bertemu dengan Kepala Staf Kepresidenan RI, Dr. Moeldoko bersama 13 tokoh Gerakan Suluh Kebangsaan lainnya.
”Mereka yang berunjukrasa sebagian adalah pendukung Jokowi. Presiden harus lebih peka terhadap kritik yang disampaikan,” kata Alissa menegaskan. Sementara, dalam pertemuan dilakukan menyikapi situasi terakhir dimana terjadi sejumlah unjukrasa di sejumlah kota di Indonesia.
Selain itu mereka juga membahas sejumlah persoalan kebangsaan yang sedang terjadi. Dialog hangat sambil mencicipi makan malam itu berlangsung hampir tiga jam. Pertemuan dilakukan di kediaman Moeldoko, Jakarta Pusat, Rabu (25/9/2019)
Dalam kesempatan itu, Moeldoko menegaskan, p.emerintah berupaya mendengar dan mencari masukan dari para tokoh yang hadir. Sejumlah tokoh menyampaikan pendapatnya tentang munculnya perbedaan pendapat yang terjadi di masyarakat saat ini.
Moeldoko memastikan bahwa pemerintah dalam hal ini presiden memberi perhatian pada aspirasi masyarakat. “Presiden tidak pernah mengabaikan suara publik,” kata Moeldoko menandaskan.
Profesor Machfud MD yang hadir dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa akan lebih bijak jika pemerintah dan mahasiswa menempuh jalur hukum daripada aksi jalanan. Menanggapi aksi unjukrasa mahasiswa, para tokoh sepakat agar pemerintah lebih persuasif dengan membuka ruang dialog.
Unjukrasa di lapangan terjadi akibat mampetnya ruang bagi mahasiswa menyampaikan pendapat secara langsung. Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa kampus menjadi tempat ideal untuk berdialog langsung dengan melibatkan pemerintah.
Para tokoh Gerakan Suluh Kebangsaan yang hadir Prof Mahfud MD, Franz Magnis Suseno, Sarwono Kusumaatmadja, Helmy Faishal, Ahmad Suaedy, Alissa Wahid, A. Budi Kuncoro, Syafi Ali, Prof. KH Malik Madany, Romo Benny Susetyo, Rikad Bagun, Alhilal Hamdi dan Siti Ruhaini. (rhm)