Derita Keluarga Berketerbelakangan Mental di Jembrana

19 April 2015, 17:36 WIB
Kepala Lingkungan Munduk Anyar, Ketut Astra (tengah) membenarkan kondisi warganya sangat memprihatinkan.

Kabarnusa.com – Untuk bertahan hidup, ibu dan anak yang sama-sama mengalami keterbelakangan mental ini, hanya bisa mengharapkan belas kasihan tetangga. Mereka sempat hidup nomaden dan terlantar. Beruntung aparat desa memberikan hunian di bekas mes sekolah, meskipun sebenarnya sudah tidak layak huni.

Nenek Wayan Rening (80) warga Lingkungan Munduk Anyar,Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali, diketahui mengalami keterbelakangan mental sejak kecil.

Petaka di kehidupannya muncul, sejak dia menginjak usia remaja dan petaka itu dia bawa hingga di usia senjannya.

Saat itu, Rening yang tumbuh menjadi gadis desa berparas ayu, mengalami keterbelakangan mental karena mengalami peristiwa buruk dalam hidupnya.

Singkat cerita, dia memiliki dua anak dari dua pria yang tidak bertanggungjawab itu.

Anak pertamanya perempuan berparas cantik dan kini telah menikah. Sementara anak keduanya laki-laki yang kini tinggal bersamanya.

Sayangnya anak laki-laki yang bernama Nyoman Sudania (50) yang diharapkan bisa menjadi tulang punggung keluarga, juga mengalami keterbelakangan mental.

Harapan Rening untuk menggantungkan hidupnya kepada anak laki-lakinya itu putus.

Untuk mengorek keterangan dari nenek itu tidak mungkin karena dia mengalami keterbelakangan mental.

Sejak anak pertamanya menikah dan memilih tinggal bersama suaminya di daerah lain, Raning dan anak laki-lakinya yang sama-sama mengalami keterbelakangan mental praktis tidak ada yang mengurus.

Menurut warga, mereka hidup berpindah-pindah dari satu kampung ke kampung lain, namun masih satu desa. Kadang keluarga ini tinggal di gubuk kebunnya orang kadang mereka memanfaatkan kandang sapi yang sudah tidak digunakan.

Mereka juga tidak memiliki sanak saudara.

Untuk mempertahankan hidupnya sehari-hari, hanya mengharapkan belas kasihan warga. Terkadang mereka memakan daun-daunan dan buah-buahan yang dipetik dari kebun orang.

Kehidupan pilu keluarga ini ternyata mengundang iba dari aparat kelurahan setempat.

Melalui kepala lingkungan setempat, mereka sejak beberapa tahun ini diberikan menempati bekas mes SDN 3 Tegalcangkring, yang berlokasi di Lingkungan Munduk Anyar, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali.

Meski sejatinya kondisi mes tersebut tidak layak huni karena kondisinya yang rusak parah lantaran lama tidak ada yang menempati, tapi sedikitnya mereka tidak hidup nomaden lagi.

Warga juga lebih mudah mengunjunginya jika ingin memberikan bantuan sekedar makanan untuk mereka.

Di mes yang rusak parah itu, nenek Rening, tidur seadanya tanpa alas kasur dan hanya beralas tikar buntut. Demikian halnya dengan anaknya.

Ditengah keprihatinan itu, masih bersyukur Sudania yang matanya mengalami gangguan dan juga mengalami keterbelakangan mental, masih bisa diajak ngobrol.

Dia juga diberikan kepercayaan oleh salah seorang tetangganya untuk memelihara kambing.

Kepala Lingkungan Munduk Anyar, Ketut Astra dikonfirmasi membenarkan kondisi warganya sangat memprihatinkan.

Warganya memberikan kebijakan kepada keluarga ini untuk menempati bekas mes SD. Dia telah memperjuangkan, agar mereka memiliki tempat tinggal dan tetap diberikan raskin.

Pihaknya sudah berusaha mengajukan nenek itu agar dapat bantuan bedah rumah. Masalah tanah untuk membangun bedah rumah, sudah ada warga yang mau meminjamkan.

“Kami berusaha memprioritaskan mereka karena mereka memang layak dibantu. Bahkan jika meninggal juga menjadi kewajiban kami untuk mengurusnya karena keluarga ini terlantar,” ujar Astra kepada wartawan Minggu (19/4/2015).(dar)

Berita Lainnya

Terkini