![]() |
Bupati Badung Anak Agung Gde Agung hadiri penilaian lomba di Desa Peminge, Kuta Selatan (Foto:KabarNusa) |
KabarNusa.com,
Nusa Dua – Desa Adat Peminge yang berada di kawasan pariwisata berhasil
mewakili Kecamatan Kuta Selatan dan Kuta Utara dalam lomba desa adat
se-Kabupaten Badung.
Sebagai
bentuk perhatian pemerintah terhadap desa adat yang dihuni 5000 lebih
penduduk itu Bupati Badung Anak Agung Gde Agung menyaksikan langsung
penilaian lomba desa yang digelar Selasa (1/7/2014).
Di hadapan
ratusan warga, Bupati Gede Agung menyampaikan apresiasinya atas
terpilihnya Desa Adat Peminge dalam lomba desa adat yang rutin digelar
sebagai upaya memperkuat keberadaan desa adat sebagai benteng budaya dan
agama Hindu dalam melaksanakan Tri Hita Karana di Bali.
“Lomba
desa adat seperti ini untuk menindaklanjuti konsep Tri Hita Karana yang
merupakan pandangan hidup umat Hindu di Bali, ” tegas Gde Agung didampingi Ketua Panitia Lomba Desa Peminge I Wayan Wendra dan Bendesa Adat Peminge I Wayan Lemes..
Karenanya,
lomba seperti ini akan mempertegas eksistensi desa adat, yang
diharapkan dapat meningkatkan dan mengajegkan srada dan bakti warga,
sesuai ajaran yang dianut umat HIndu.
Lomba desa adat ini juga
akan mengangkat budaya Hindu Bali yang adiluhung, dikenal sampai dunia
luar. Salah satunya tercermin dari keterpaduan sinergitas antara kaum
orang tua dan anak muda Sekaa Teruna dalam menularkan semua pengetahuan
dan hal-hal penting lainnya terkait adat dan budaya.
Diakui Gde
Agung, jika hanya bertumpu pada kegiatan pembinaan desa adat saja, hal
itu kurang memotivasi warga sehingga digelarlah lomba. Tentu saja, ini
akan menjadi tantangan berat bagi Desa Adat Peminge, sebagai daerah
pariwisata yang memiliki mobilitas tinggi dan keberagaman penduduknya.
Bagaimana,
masyarakatnya bisa menghadapi penetrasi budaya luar yang masuk sehingga
harus diantisipasi dengan baik. Lewat lomba desa adat itu, dapat
mengajegkkan budaya HIndu Bali sehingga paham akan arus terjadinya
penterasi budaya dengan pihak luar.
Diakuinya, pengaruh budaya
luar akibat era globalisasi saat ini tidak bisa dibendung lagi sehingga
warga khususnya generasi muda perlu membekali diri atas serbuan budaya
luar.
Diharapkan lomba desa ini bisa semakin meningkatkann pemahaman dan pelaksanaan adat dan budaya Bali secara baik.
“Saya
lihat, anak-anak muda di sini sudah cukup baik berkreasi berinovasi
dengan pameran dan kegiatan lainnya sudah cukup bagus untuk memperkuat
diri dari serbuan pasar global seperti dalam hal tenaga kerja,”
tukasnya.
Gde Agung menegaskan, pentingnya keberadaan desa adat
dewasa ini sekalipun ada undang-undang baru yang lahir, diharapkan desa
adat tetap lestari dan tidak bisa diintervensi oleh pihak manapun.
“Desa adat itu otonom, prinsipnya kita inginkan tetap ajeg sampai kapanpun,” tandasnya.
Hadir
mendampingi bupati, anggota DPRD Badung Made Reta, Kepala Dinas
Kebudayaan IB Anom Bhasma, Camat se- Kabupaten Badung dan para tokoh
masyarakat lainnya.
Dalam kesempatan sama Ketua Panitia
Suwendra mengatakan, Desa Adat Peminge untuk kedua kalinya mewakili lomba desa
adat tingkat kabupaten yang rutin digelar.
Diakuinya, kondisi di
desanya berbeda dengan desa di mana berada di kawaasan pariwisata
sehingga sebagian besar masyarakatnya menggantungkan sektor pariwisata.
“Kami
tidak berhenti sampai di sini, namun bagaimana agar tetap bisa
melestarrikan nilai budaya tetap lestari dan ajeg, kami optimis bisa
mendapatkan hasil terbaik dalam lomba desa adat,” katanya yakin.
Masyarakat
setempat, sangat menghargai budaya dan adat istiadatnya dan filosofi
Tri HIta Karana, termasuk hak dan kewajiban sebagai warga desa adat.
Kegiatan inipula melibatkan partisipasi desa adat. (rma)