Deteksi Musibah Penerbangan dan Pelayaran SAR Manfaatkan Satelit

17 Juni 2014, 07:09 WIB

KabarNusa.com,
Kuta – Badan Seacrh and Rescue (Basarnas) terus mengembangkan sistem pedeteksian
musibah penerbangan dan pelayaran dengan memanfaatkan sistem komunikasi
satelit Cospas Sarsat yang bisa mempercepat diketahuinya lokasi musibah
secara akurat.

Saat
terjadinya musibah bangunan ruko ambruk di Samarinda belum lama ini,
pemanfaatan satelit cukup efektif dalam membantu menemukan keberadaan
korban sehingga bisa menyelamatkan banyak nyawa lainnya dalam kejadian
itu.

“Dengan memakai satelit itu, kita bisa temukan lagi banyak
korban lagi di dalam reruntuhan, padahal saat itu lokasi bencana mau
dibersihkan dengan blodozer,” ujar kepala Basarnas Marsekal Madya FHB
Soelistyo di sela pertemuan Cospas Sarsat Joint 28th Meeting di Kuta, 16
Juni 2014.

Bisa dibayangkan, apa yang terjadi ketika akan
dibuldozer padahal di bawah reruntuhan ada banyak korban lainnya yang
masih hidup mesti ditolong. Untungnya, Tim SAR cepat mendeteksi korban
lainnya dengan peralatan satelit yang memakai sistem Cospas Sarsat.

Menurutnya,
sistem pendeteksian dengan peralatan canggih itu, sangat membantu
petugas SAR dalam mencari titik lokasi musibah secara cepat dan akurat.

Selain
itu, sebagai anggota Cospas Sarsat maka setiap kali ada peristiwa
kejadian musibah yang tertangkap satelit itu, maka Indonesia juga
mendapatkan informasinya secara cepat dan akurat pula.

Dengan
begitu, akan memudahkan dalam membantu pihak berkepentingan untuk
mengambil langkah-langkah dan keputusan yang tepat menghadapi kejadian
itu.

SAR semakin dituntut bekerja profesional demikian juga,
peralatan canggih yang dipakai menjadi kebutuhan yang mesti dipenuhi
oleh SAR Sebagai lembaga penyelamatan dan pencarian negara ketika
terjadi musibah.

Apa yang dilakukan Indonesia saat ini yang
mengadopsi sistem dan peralatan canggih lewat satelit dalam pencarian
titik musibah dan pencarian korban, tak lain untuk lebih meningkatkan
kemampuan SAR.

“Kita pernah dianggap sebagai area hitam artinya,
tidak ada yang menjamin keselamatan dalam penerbangan atau pelayaran,
pada tahun 1991, karenanya sekarng dengan sistem dan peralatan teknologi
yang lebih baik, semakin menunjukkan bahwa kita semakin dipercaya dan
kredibel di mata dunia dalam penanganan musibah,” tandasnya.

Dalam
kaitan itu pula, digelar pertemuan kerjasama antar negara yang
tergabung dalam Cospas Sersat Joint 28 th, di mana Basarnas ditunjuk
sebagai penyelenggara kegiatan yang berlangsung selama 10 hari. (rma)

Berita Lainnya

Terkini