KabarNusa.com,
Kuta – Di era modern dewasa ini penyakit diabetes masih menjadi ancaman
serius masyarakat perkotaan lantaran kesibukan dan perubahan pola dan
gaya hidup sehingga orang kerap mengabaikan hal-hal yang memicu
munculnya diabetes.
Diabetes
merupakan salah satu penyakit yang memberi kontribusi besar bagi
kematian manusia dan jumlah penderitanya semakin meningkat terlebih
mereka yang tinggal di perkotaan.
Ketua Perkumpulan Endrikonologi
Indonesia (Perkeni) Prof.DR.dr.Ketut Suastika,Sp.PD-KEMDP menyebut,
saat ini Diabetes prevalensinya sekarang lebih besar, tidak mengenal
batas usia mulai anak-anak, remaja hingga usia 30 tahun ke atas beresiko
Diabetes.
Diketahui, diabetes merupakan kelompok penyakit
metabolik ditandai peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) yang
disebabkan oleh berkurangnya kerja insulin dan jUga, menurunnya sekresi
insulin.
Melansir data Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013
penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 15 tahun yang mengidap
Diabetes sebanyak 6,9 persen.
“Jika dahulu, diabetes banyak
menyerang usia di atas 50 tahun, kemudian semakin ke sini lebih maju
lagi usia 30 tahun namun sekarang anak usia belasan tahun sudah kena
diabetes,” terang dia dalam Press Conference, Accu Chek di Hotel Best
Western, Sunset Road, Kuta belum lama ini.
Tentu saja, fakta itu
menunjukkan mereka yang tinggal perkotaan utamanya kaum wanita dengan
pendidikan tinggi mempunyai prevalensi Diabetes yang cenderung tinggi
dibandingkan laki-laki.
Untuk kelompok umur yang paling banyak
mengidap Diabetes adalah usia 45 tahun hingga 52 tahun dengan resiko
Diabetes yang meningkat seiring pertambahan usia.
“Peningkatan resiko ini dikarenakan terjadi intoleransi glukosa,” imbuh dia.
Untuk
itu, dia menghimbau sekolah-sekolah disiapkan warung-warung disiapkan
makanan sehat, anak yang mulai obesitas guru-gurunya harus menekankan
pola hidup yang sehat kepada anak didiknya.
“Kepala sekolah
harus memperketat pengawasan warung disekitar lingkungan sekolahnya agar
tidak terkena resiko Diabetes,” tambahnya.
Dia menyebut,
pengidap Diabetes di Bali, masih rendah di bawah 10 persen untuk usia 30
tahun ke atas. Meski demikian, tidak lantas Bali santai menghadapi
Diabetes karena risiko Diabetes justru muncul sedari dini.
Kata
dia, prevalensi Diabetes tertinggi yang terdiagnosis oleh dokter di
Indonesia adalah Yogyakarta (2,6 %), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara
(2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%).
Dalam kesempatan sama,
Business Unit Head of Diabetes Care Accu-Chek, PT. Roche Indonesia
Jopie Leksmono mengungkapkan, masyarakat Indonesia masih rendah rasa
ingin mengetahui kondisi kesehatannya.
Kesadaran
masyarakat untuk melakukan medical chek up dinilai masih rendah.
Padahal sekarang sudah ada alat yang cukup praktis dan simple bisa
dibawa kemana-mana yakni New Accu-Chek Active.
Alat itu, jelas
dia, merupakan terobosan terbaru dari Accu-Chek yang smart karena
menghasilkan informasi yang jelas dan akurat, simple karena alat ini
mudah digunakan, aman dan memiliki teknologi yang canggih.
Dengan
alat itu pula jika masyarakat secara rutin mengecek kadar gula darah
akan sangat membantu bagi dokter untuk melakukan dalam diagnosa
selanjutnya manakakala ditemukan kadar darah di atas normal atau tinggi.
(rma)