Dikukuhkan Guru Besar UGM, Simak Pandangan Anggito Abimanyu soal Ekonomi Syariah

Anggito Abimanyu memiliki pandangan yang menarik tentang ekonomi syariah. Ia tidak lagi menganggapnya sebagai sekadar pilihan atau penyeimbang dari sistem ekonomi yang sudah ada. Baginya, ekonomi syariah adalah cerminan dari ketaatan kepada agama dan wahyu yang diberikan kepada manusia.

5 Februari 2025, 17:36 WIB

Yogyakarta– Universitas Gadjah Mada baru saja menambah satu lagi guru besar mereka. Anggito Abimanyu, seorang pakar ekonomi, kini menyandang gelar profesor pada 4 Februari 2025.

Saat menyampaikan pidato pengukuhannya, Anggito membawa audiens dalam perjalanan intelektualnya melalui dunia Ekonomi Syariah.

Pidatonya yang berjudul “Ekonomi Syariah sebagai Bentuk Kepatuhan, Cara Hidup, dan Aktivitas Bisnis yang Membawa Manfaat” mengisahkan bagaimana ia menemukan makna dan manfaat Ekonomi Syariah di Indonesia.

Anggito Abimanyu memberikan pandangan menarik tentang ekonomi syariah. Ia menggambarkan ekonomi syariah sebagai cabang ilmu ekonomi yang dalam mengikuti hukum atau prinsip-prinsip syariah Islam. Bagi para pengikutnya, ekonomi syariah bukan hanya sekadar transaksi bisnis, tetapi juga manifestasi dari kepatuhan terhadap agama Islam.

Prinsip-prinsip seperti halal, maslahat, dan tidak riba menjadi landasan utama dalam setiap aktivitas ekonomi mereka. Tak hanya itu, ekonomi syariah juga dianggap sebagai jalan hidup yang membawa berkah, dengan nilai-nilai berbagi, kebersihan, dan kesehatan yang dijunjung tinggi.

Dalam ranah ekonomi makro, di mana kebijakan dan regulasi menjadi fokus utama, Anggito melihat ekonomi syariah sebagai kekuatan yang semakin relevan untuk dipelajari.

Teori-teorinya yang unik dan menarik tidak hanya menarik minat mahasiswa Muslim, tetapi juga mahasiswa non-Muslim yang ingin memahami lebih dalam tentang sistem ekonomi yang berbeda ini.

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris begitu tertarik dengan ekonomi Islam?

Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, kita menyaksikan sendiri bagaimana mereka berlomba-lomba membangun pusat-pusat keuangan Islam (Islamic financial hub). Bahkan, kampus-kampus ternama di Barat pun mulai memiliki pusat studi khusus untuk mempelajari ekonomi Islam.

Indonesia memiliki kisah menarik tentang bagaimana ekonomi syariah, khususnya perbankan syariah, mulai berkembang. Titik awalnya adalah deregulasi perbankan pada tahun 1983.

Kebijakan ini memberikan angin segar bagi enam bank untuk berkreasi dengan suku bunga mereka, dan yang lebih penting, memperkenalkan sistem bagi hasil dalam perkreditan.

“Deregulasi ini adalah langkah pertama yang membuka jalan bagi perbankan syariah di Indonesia,” katanya.

Anggito Abimanyu memiliki pandangan yang menarik tentang ekonomi syariah. Ia tidak lagi menganggapnya sebagai sekadar pilihan atau penyeimbang dari sistem ekonomi yang sudah ada. Baginya, ekonomi syariah adalah cerminan dari ketaatan kepada agama dan wahyu yang diberikan kepada manusia.

Ia percaya bahwa nilai-nilai luhur seperti kepatuhan, gaya hidup yang selaras dengan ajaran Islam, dan manfaat yang dihasilkan adalah bagian integral dari agama. Dalam praktik ekonomi syariah, ia selalu berupaya untuk setia pada transaksi yang halal, tanpa kompromi terhadap gharar (ketidakjelasan), maysir (spekulasi), dan riba (usury).

“Halal saja tidak cukup, thayyib juga penting—yaitu bagaimana kita berkonsumsi dengan baik dan sehat,” jelasnya.

Ia pun menyoroti betapa menariknya fenomena ekonomi syariah di Indonesia. Menurutnya, kepatuhan, cara hidup yang sesuai syariah, dan bisnis yang berlandaskan prinsip-prinsip agama menjadi kajian menarik bagi para ahli syariah.

“Saya tertarik meneliti bagaimana kepatuhan beragama, gaya hidup yang Islami, dan praktik bisnis mempengaruhi pilihan orang terhadap produk perbankan syariah, konsumsi makanan halal, dan bahkan perjalanan umroh,” jelasnya.

Rektor mereka, Prof. Ova Emilia, mengumumkan bahwa Prof. Anggito Abimanyu adalah salah satu Guru Besar kebanggaan mereka. Dari total 525 Guru Besar aktif di UGM, Prof. Anggito adalah salah satunya.

“Bahkan, di Sekolah Vokasi UGM, beliau adalah satu dari lima Guru Besar yang sangat dihormati,” pujinya.

Diketahui, Anggito tercatat pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) periode 2017-2022. Ia juga pernah menjadi Komisaris BRI Syariah pada 2015-2017, Chief Economist BRI 2014-2017. Anggito juga pernah menjadi Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu pada 2003-2010 dan Staf Ahli Menteri Keuangan Republik Indonesia pada 1999-2003. Sebelum menjadi Wamenkeu, Anggito menjadi Ketua Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi UGM, sekaligus dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM.

Di acara pengukuhan Guru Besar Anggito Abimanyu, sejumlah tokoh nasional yang hadir di antaranya Wapres ke-11 RI Budiono dan Wapres ke-13 RI Ma’ruf Amin dan Ketua MWA UGM Prof. Dr. Pratikno. Sejumlah Menko juga pun terpantau hadir seperti Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, hingga Penasihat Khusus Presiden Bidang Politik dan Keamanan Wiranto. Selanjutnya, Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Mahfud MD, hingga Wakil Menteri Hukum Edward Omar Hiariej atau Eddy Hiariej. ***

Berita Lainnya

Terkini