![]() |
Hasil disertasi I Nengah Muliarta berjudul “Limbah Limbah Jerami Padi Sebagai Berkah” di Universitas Udayana akhirnya dibukukan/ist |
Denpasar – Hasil disertasi I Nengah Muliarta berjudul “Limbah Limbah
Jerami Padi Sebagai Berkah” di Universitas Udyaana akhirnya dibukukan. Menurut
Muliarta, keinginan menjadikan hasil disertasi didorong para koleganya dan
kampus, agar bisa dibaca oleh masyarakat luas.
Tentunya, dengan editing bahasa populer yang diperlukan layaknya karya buku
ilmiah namun bisa dicerna oleh pembaca secara luas. Muliarta menuturkan,
jerami padi sampai saat ini masih dipandang sebagai limbah atau sisa dari
suatu kegiatan usaha yang tidak memiliki nilai ekonomi.
“Kesan tersebut menyebabkan keberadaan jerami padi sebagai sebuah musibah yang
dapat menimbulkan permasalahan,” ucap Muliarta yang juga Ketua Asosiasi Media
Siber Indonesia (AMSI) Wilayah Bali ini, Senin (23/11/2020).
Cara singkat dalam mengatasi permasalahan jerami yang dilakukan selama ini
adalah dengan cara membakar.
Membakar jerami padi seakan menjadi solusi yang paling tepat yang dilakukan
petani. Padahal pembakaran jerami padi dapat menimbulkan emisi gas buang yang
dapat menyebabkan pencemaran udara, gangguan kesehatan dan berkontribusi pada
pemanasahan global.
Ditambahkan. walaupun pada sisi lain terdapat juga petani yang melakukan
pembakaran dengan alasan mengatasi hama dan penyakit.
Termasuk pembakaran dilakukan karena pengetahuan yang didapatkan petani secara
turun-temurun bahwa pengembalian jerami padi ke tanah dapat dilakukan dengan
cara melakukan pembakaran.
Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian, ternyata jerami padi mengandung
unsur hara yang berfungsi bagi upaya menjaga kesuburan tanah.
Pengomposan menjadi salah satu cara untuk mengolah jerami padi dan
mengembalikan ke tanah. Melalui upaya pengomposan maka jerami padi tidak lagi
dipandang sebagai musibah, tetapi justru sebagai berkah.
Jerami padi menjadi berkah karena jerami padi merupakan sumber daya bahan
pembuatan pupuk. Sayangnya sangat jarang upaya pengomposan jerami padi
dilakukan. Alasan utamanya yaitu mayoritas petani tidak mengetahui metode
pengomposan jerami padi.
Padahal jika jerami padi diolah menjadi pupuk maka selain dapat menjaga
kesuburan tanah juga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan
mengurangi biaya pembelian pupuk.
“Buku ini merupakan hasil penelitian penulis yang ditulis ulang dalam susunan
penulisan popular yang tidak hanya memaparkan konsep pengelolaan jerami padi
dan pengomposan jerami padi, tetapi juga keuntungan dari pemanfaatan jerami
padi,” tuturnya.
Buku ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengelolaan jerami padi,
termasuk dalam membantu petani melakukan pengomposan jerami padi secara
praktis, efektif dan efisien.
Buku ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pemegang kebijakan dalam
melakukan pengelolaan dan pengolahan jerami padi.
Penulis menyusun buku ini dengan judul “Limbah Jerami Padi Sebagai Berkah”
dengan harapan jerami padi tidak lagi dipandang sebagai bahan buang yang tidak
berguna. Buku ini juga diharapkan dapat menjadi pedoman dalam membangun
pertanian berkelanjutan di Indonesia.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan buku, namun
ditengah kekurangan yang ada mudah-mudahan isi buku bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi pengembangan pertanian berkelanjutan.
Penulis tidak lupa memanjatkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya penulisan buku ini.
“Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
proses penelitian dan penulisan buku ini. Terima kasih juga kepada para guru,
dosen, sahabat dan keluarga yang memberikan dorongan serta motivasi kepada
penulisa dalam menyelesaikan penulisan buku ini, demikian Muliarta yang pernah
menjadi Pemimpin Redaksi Beritabali.com ini. (rhm)