Disukai Mancanegara, Sayangnya Budidaya Terumbu Karang Hias Belum Digarap Optimal

29 Mei 2019, 23:29 WIB
Terumbu karang hasil transplantasi selain indah juga memiliki nilai ekspor tinggi/ocean gardener

Denpasar – Meski memiliki potensi bisnis yang menggiurkan karena bernilai ekspor dan disukai dunia namun potensi bisnis terumbu karang hias hasil transplantasi atau budidaya di Bali belum digarap maksimal.

“Padahal, potensinya jika diekspor cukup besar mencapai puluhan miliar rupiah per bulan,” sebut Ahli transplantasi terumbu karang, I Nengah Manu Mudita, dalam perbincangan baru-baru ini.

Manu mengungkapkan, meski mempunyai potensi besar, namun bisnis budidaya terumbu karang hias ini belum bisa digarap secara maksimal.

“Sangat besar potensinya, 80 persen suplai karang hias dunia berasal dari Indonesia,” tutur Manu yang juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Bali

Berdasar data, tahun 2.000 sejak ditemukan tekniknya, karang mulai bergeser ke terumbu karang hasil transplantasi atau budidaya. “Jadi, sudah tidak lagi mengambil dari alam,” sambungnya.

Diharapkan seluruh terumbu karang hias yang akan diekspor ke luar negeri adalah terumbu karang hias hasil budidaya atau transplantasi.

“Sesuai ketentuan pemerintah, investasi terumbu karang dari alam sudah tertutup, namun terumbu karang hasil budidaya masih terbuka,” tuturnya. Diketahui, Indonesia terkenal dengan terumbu karang hias. Sebenarnya, Austaralia juga memgirim namun jenisnya tidak seperti Indonesia.

Pemilik hak paten tranplantasi terumbu karang, I Nengah Manu Mudita menunjukkan sistem tranplantasi terumbu karang yang terus dikembangkan di sejumlah wilayah di Tanah Air

Selama ini, terumbu karang hias hasil transplantasi dari Bali, dikirim ke berbagai negara di benua Asia, Eropa, Amerika, hingga ke China. Masyarakat pesisir yang ada di Bali, menggantungkan ekspor terumbu karang hias hasil budidaya atau transplantasi ini yang telah menjadi sumber pendapatan mereka.

Apalagi, terumbu karang Indoneesia sudah terkenal. Potensi pasarnya besar, orang lain tidak punya, sekarang bagaimana caranya mengelola agar potensi ini agar bisa berkelanjutan atau suistainable.

Karenanya, metode budidaya berkelanjutan diharapkan bisnis ini juga bisa berkelanjutan, juga berkelanjutan dalam perbaikan lingkungan laut.

Kata Manu, adanya inovasi transplantasi terumbu karang, sudah memiliki peraturan tentang pengiriman terumbu karang hasil budidaya yang hasilnya bisa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Pihaknya mengingatkan, peluang ini bisa diambil negara lain, sehingga penting artinya untuk memiliki hak paten transplantasi terumbu karang.

Disebutkan, budidaya terumbu karang hasil transplantasi juga sudah berkembang di beberapa pantai di Bali seperti di Serangan, Candidasa, Tembok, Nusa Penida, Gilimanuk, Sumberkima, Patas, dan Les.

Sebagai gambaran, potensi bisnis terumbu karang hias di wilayah Bali dan Banyuwangi, dalam sebulan bisa mendulang Rp 40 miliar.

Saat ini, harga terumbu karang hias tergantung jenisnya mulai Rp 40 ribu hingga Rp 100 ribu per potong. Jadi, sekitar 40 jenis terumbu karang hias dengan masa panen mulai 16 bulan sampai 3 tahun tergantung dari jenisnya.

Ditegaskan, karang hias ini merupakan hobi, bukan industri. Terumbu karang di laut dan menjadi gulma atau hama, itu bisa kita jadi bernilai jika kita tata dengan baik, tapi itu kan ongkosnya mahal.

“Jadi upaya konservasi itu juga perlu diimbangi dengan adanya pemasukan bagi masyarakat pesisir,” imbuh mantan anggota DPRD Tabanan itu. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini