Donasi Rp10 Miliar dan Isu Fitnah, Ini Pernyataan Lengkap Ferry Irwandi

Ferry Irwandi, memberikan klarifikasi terkait tudingan menyebut dirinya melakukan politisasi atas penderitaan korban banjir bandang Sumatera.

8 Desember 2025, 17:33 WIB

Jakarta – Aktivis dan pembuat konten, Ferry Irwandi, memberikan klarifikasi tegas terkait tudingan yang menyebut dirinya melakukan politisasi atas penderitaan korban banjir bandang di Sumatera.

Ferry juga membantah telah memproduksi konten yang menyebarkan isu kekerasan seksual di lokasi bencana serta tuduhan mengenai narasi “ketidakhadiran negara” dalam penanganan bencana.

Klarifikasi Terkait Isu Kekerasan Seksual

Ferry menjelaskan, pembicaraan mengenai adanya dugaan kekerasan seksual hanya muncul satu kali saat sesi siaran langsung (live) penggalangan dana seminggu lalu.

Hal itu berawal dari informasi yang diterima melalui telepon dari seseorang di lapangan, bukan narasi sengaja yang ia buat untuk konten media sosial.

“Saya tidak pernah mempolitisasi isu tersebut atau membuat konten khusus soal isu sensitif itu. Saya minta media yang menulis berita ini untuk segera melakukan klarifikasi karena sudah bermuatan fitnah,” ujar Ferry melalui sambungan telepon sebagaimana dilansir dari beritasatu.com, Senin (8/12/2025).

Penegasan Fokus Bantuan

Melalui akun Instagram pribadinya, Ferry menegaskan dirinya tidak ingin terdistraksi oleh opini miring di tengah upaya kemanusiaan.

Saat ini, fokus utamanya adalah menyalurkan bantuan kepada korban terdampak di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Ia juga menekankan, penanganan bencana saat ini merupakan hasil kolaborasi yang baik antara relawan, NGO, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, TNI, hingga Polri.

“Semua pihak berbagi kerja dengan baik. Janganlah dirusak dengan narasi seperti ini,” tambahnya.

Respons dari Pengamat dan Aktivis

Tudingan terhadap Ferry mencuat setelah sebuah potongan video live donasi viral di media sosial. Dalam video tersebut, Ferry menceritakan informasi yang ia terima mengenai adanya dugaan pemerkosaan di lokasi bencana.

Pernyataan ini menuai kritik dari sejumlah pihak:

Risnauli Siahaan (Ketua Pusdeham Institut): Menilai pernyataan tersebut berpotensi menyesatkan publik dan melukai perasaan korban, khususnya perempuan, yang sedang mengalami trauma.

Syurya Muhammad Nur (Pakar Komunikasi Politik): Menyebut penyampaian informasi sensitif tanpa verifikasi memadai melanggar etika komunikasi publik dan dapat menambah beban psikologis korban.

Rekam Jejak Kemanusiaan

Ferry Irwandi belakangan menjadi sorotan setelah berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp10 miliar hanya dalam waktu 24 jam untuk korban banjir besar di Sumatera pada akhir November 2025.

Meski sempat memicu pro dan kontra terkait kritik politiknya di masa lalu, tindakan nyata Ferry dalam menembus daerah terisolasi seperti Aceh Tamiang untuk menyalurkan bantuan logistik secara langsung mendapat apresiasi luas dari warganet. ***

Berita Lainnya

Terkini