Jakarta – Guna mendongkrak produktivitas budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) menggandeng World Organization of Animal Health (WOAH)
Sebagai upaya perbaikan manajemen kesehatan ikan dan lingkungan budidaya ikan di Indonesia, KKP-WOAH Sepakat melaksanakan evaluasi Performance Veterinary Services (PVS) pathway.
WOAH yang sebelumnya dikenal dengan nama Office International des Epizooties (OIE), organisasi antar pemerintah yang mengoordinasikan, mendukung, dan mempromosikan pengendalian penyakit hewan sebagai kontribusi untuk memperkuat sistem dan layanan kesehatan nasional dan regional.
“Manajemen kesehatan ikan dan lingkungan merupakan salah satu fokus utama dalam pembangunan perikanan budidaya di Indonesia,” tutur Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu dalam keterangan tertulis Jumat (3/9/2022).
Hal itu sejalan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono melalui program pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang berbasis ekonomi biru.
Dijelaskan, implementasi kebijakan di bidang kesehatan ikan dan lingkungan yang telah dilakukan KKP seperti melalui program pencegahan penyakit ikan, pengendalian residu, pengaturan penggunaan obat ikan dan kontrol terhadap resistensi antimikroba
Selain itu, standarisasi laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan, dan juga manajemen lingkungan perikanan budidaya yang baik melalui penerapan CBIB.
Pihaknya memberikan dukungan penuh kegiatan evaluasi yang dilakukan guna memastikan produk perikanan Indonesia, khususnya perikanan budidaya bebas dari penyakit, aman untuk dikonsumsi.
“Berorientasi ekspor serta menerapkan pengelolaan lingkungan budidaya yang berkelanjutan,” sambungnya.
Semua upaya ini dilakukan untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya perikanan budidaya untuk generasi mendatang.
Ketua tim verifikasi WOAH, Ana Alfonso mengapresiasi kuatnya fokus pemerintah Indonesia dalam mendukung kemajuan sektor perikanan budidaya dengan menjadikannya sebagai kegiatan penunjang devisa negara melalui ekspor maupun meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.
Diperlukan perencanaan dan koordinasi yang baik terkait manajemen kesehatan ikan dan lingkungan seperti pengendalian dan pencegahan penyakit ikan, sistem tanggap darurat, dan pelaporan yang rutin dan terjadwal.
“Indonesia memiliki jaringan laboratorium nasional yang besar terkait kesehatan hewan akuatik dan memiliki potensi besar bagi produk perikanannya untuk dilakukan modernisasi dan ekspansi. Kolaborasi yang baik juga terjalin secara regional menjadi dasar untuk kesiapsiagaan dan ketanggapan” imbuh Ana Alfonso. ***