Denpasar-Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bali sebagai organisasi media online siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk bersama-sama melawan informasi bohong atau hoaks.
Ketua AMSI Bali Nengah Muliarta menyampaikan itu pada Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) GMNI di Denpasar Sabtu (12/11/2022).
Organisasi mahasiswa, seperti GMNI juga dapat berkolaborasi dengan relawan anti hoaks lainnya dalam melakukan literasi digital.
Mahasiswa diharapkan tidak ikut terjebak dalam menyebarkan konten negatif.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual justru diharapkan dapat menjadi contoh dalam mencegah penyebaran hoaks dan mengajarkan kepada masyarakat cara melakukan verifikasi informasi.
Pihaknya mendorong mahasiswa yang tergabung dalam gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) mengambil peran dalam mencegah penyebaran hoaks yang mengarah pada upaya memecah persatuan bangsa.
GMNI sebagai organisasi mahasiswa ekstra kampus yang mengedepankan nasionalisme mestinya mampu menjadi leader dalam upaya pencegahan dan penangkalan hoaks yang mengancam persatuan bangsa.
Sebagai organisasi yang dihuni generasi muda yang intelektual dan memiliki kemampuan dan kecakapan digital sudah sepantasnya menjadi agen dalam mencegah kabar yang menghasut dan berpotensi menimbulkan perpecahan.
Dikatakan, potensi hoaks yang memicu perpecahan sering sekali muncul menjelang perhelatan pemilihan kepala daerah, pemilihan presiden dan pemilihan umum.
Informasi yang disebar memiliki potensi yang tinggi menimbulkan pertikaian dan perpecahan ditengah masyarakat.
Hoaks muncul tidak jarang juga sengaja dihembuskan guna menimbulkan konflik antar agama, apalagi isu agama termasuk sensitive di masyarakat.
Lanjutnya, sebagai generasi nasionalis, menjadi tugas GMNI membangun literasi untuk membangun semangat persatuan melalui konten-konten positif dengan memanfaatkan media sosial yang ada.
“Termasuk melakukan literasi digital dalam bentuk sosialisasi ke tengah masyarakat” ujanya.
Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat dapat melakukan pendidikan, sosialisasi, dan literasi ke sekolah hingga organisasi karang taruna.
Pendekatan mahasiswa tentunya akan lebih mudah diterima masyarakat. Apalagi mahasiswa saat ini memiliki kecakapan digital lebih baik. ***