Kabarnusa.com – Gerakan yang dimotori kandidat calon ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulikfli Hasan yang menduetkan dengan Sutrisno Bachir (SB-Zulhas) dinilai duet usang dan tidak mencerminkan regenerasi di tubuh partai berlambang matahri terbit itu.
Sementara, gerakan politik Kubu Zulhas yang mengumpulkan DPW/DPD di Jogja sebelum ke Bali ternyata tidak semulus yang dibayangkan. Kehadiran DPW/DPD yang ditunggu tunggu ternyata tidak maximal, jauh dari target awal.
Informasi terakhir bahwa yang hadir pada pertemuaan Jogja sebanyak 106 pemilik suara dari daerah. Seperti yang diketahui pemilik suara didaerah sebanyak 514 DPD dan 68 DPW maka jika di total jumlah keselurahan sama dengan 582 suara.
“Dan apabila ditambahkan lagi dengan 3 suara dari unsur DPP, 6 suara dari sayap partai maka total keseluruhan sebanyak 597 suara,” jelas Ketua DPP Bidang Politik Garda Muda Nasional, Muhamad Adnan Rarasina dalam rilis yang diterima kabarnusa.com, (26/2/2015).
Tapi,ungkap Adnan, klaim dari Jogja mengatakan bahwa kehadiran pemilik suara dari daerah mencapai angka 300 suara. Klaim ini muncul sebenarnya hanya untuk menutupi kekalahan yang sudah mulai nampak di depan mata karena di saat yang bersamaan konsolidasi kubu HR di Menado untuk wilayah timur dan di Pekan Baru untuk wilayah barat sudah pada angka 360 pemilik suara. Sehingga kalau mengklaim mayoritas mengapa kemudian takut untuk voting.
“Jika di voting jelas kemenangan mutlak akan ada di kubu HR. Maka kemudian di susunlah skenario pemenangan aklamasi Zulhas dengan menggunakan pengaruh besar MAR. Skenario itu antara lain pertama, setiap provinsi dipanggil lalu dikumpulkan jadi satu dan diminta memakai seragam netral.
Kedua, HR dipaksa dengan berbagai ancaman dan black campaign untuk mengundurkan diri dari pencalonan ketua umum. Ketiga, MAR akan mengambil alih pimpinan sidang dari stering comitte kemudian menetapkan Zulhas menjadi ketua umum dan SB sebagai ketua majelis penasehat,”paparnya.
Tentu semua skenario politik ini tidak akan berjalan mulus, kubu HR yang sudah mayoritas tentu akan melakukan perlawanan total dan siap dengan semua skenario terburuk sekalipun. Termasuk tetap akan melanjutkan kongres sampai dengan melakukan perhitungan suara berakhir untuk pemilihan ketua umum selesai dilakukan.
Artinya, bahwa perpecahan sudah didepan mata jika ada pihak pihak yang dengan sengaja memaksakan kehendak dan membajak demokratisasi partai dalam forum kongres kali ini. Disatu sisi ancaman yang berhembus kencang dari Jogja untuk mendirikan partai baru bila semua skenario yang direncanakan gagal total semakin membuat suasana dan tensi politik dari kongres kali ini mencapai titik didih tertinggi.
Kedua kubu akan bertarung habis habisan seperti perang puputan di Bali dizaman perjuangan dahulu dalam mengadu strategi dan taktik.Dan untuk itu semua kubu HR akan siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi,”ujarnya.
Adnan menambahkan, disisi lain pasangan yang di gadang gadang sebagai duet maut yaitu SB sebagai ketua MPP dan Zulhas sebagai ketua umum sebenarnya adalah duet yang usang, tak ada kata regenerasi didalamnya seperti yang digembor gemborkan selama ini, karena keduanya juga pernah berduet sebagai ketua umum dan sekjend pada periode sebelum HR yakni 2005-2010.
Dalam duet pertamanya kedua orang tokoh PAN ini sudah terbukti gagal baik dalam perolehan suara maupun perolehan kursi.
“Prestasinya terbukti tidak ada sama sekali justru terjun bebas ketika memimpin. Nah dilala kok sekarang digadang gadang kembali seolah olah akan menyelamatkan partai, dari mana logika yang dibangun. Yang ada terkesan sangat dipaksakan wong sudah gagal kok,”pungkasnya. (ali)